Azalea dan Tulip [End]

10.6K 1.3K 769
                                    

Kaget?
Sebelumnya, ayo tarik napas dulu.
Dalam bab ini aku punya dua rekomendasi lagu yang sepertinya cocok buat dibaca berbarengan.
Yang pertama kalian bisa sambil denger Day6 - Afraid.

Dan kedua kalian bisa denger Elegi....

Judul dan video untuk yang kedua aku sertakan nanti dibawah.

Oke, siap?

-o-

Satu bulan. Akhirnya aku keluar dari rumah sakit ini setelah satu bulan.

"Gimana? Gimana?" Suara gaduh Haechan begitu mengganggu. Ia berjalan kesana kemari mengganggu setiap orang dengan ponselnya.

"Diem sih ah!" Itu Jaemin yang sudah jengah oleh kelakuannya.

"Ayo, doa ih! Biar kita bertiga ijo semua!" Pekik lelaki itu dan aku hanya tersenyum.

Jaemin memutar matanya malas dan aku kembali terkekeh. Jaemin memberikan tabletku yang sudah ia ketik username dan password ku.

Jariku masih belum sanggup bergerak bebas, jikapun bisa akan memakan banyak waktu. Terpaksa aku meminta Jaemin mengetikkanya untukku.

"Oke, itung ya." Haechan sangat antusias.

Kami saling berhitung sebelum akhirnya menekan tombol login pada website SBMPTN ini.

"1...."

"2...."

"3...."

Mataku melebar, aku tak mempercayai dengan apa yang kulihat. Aku tidak sedang bermimpi kan?

"Gila!"

"Omaigat!"

Pekikkan Haechan dan Jaemin begitu beriringan, membuatku menatap mereka berdua.

"Gue fix Binusian ini mah!" Ujar Haechan dengan tertawa puas. Aku paham, artinya ia gagal.

Tapi berbeda dengan Jaemin, ia bahkan menganga begitu lebar membuatku menepuk pundakknya. "Gimana?" tanyaku namun ia masih diposisinya.

Haechan yang penasaran akhirnya mengintip layar ponsel Jaemin. Tak lama, ia berekspresi sama seperti teman di sampingnya itu.

Aku penasaran, "apasih?" Dan Haechan kembali menatapku.

"Jaemin masuk ke kampusnya Teh Sakha!"

Aku terdiam mendengar ucapannya. Haechan yang menatapku antusias perlahan wajahnya berubah menjadi murung. Berbeda dengan Jaemin yang menatap dengki pada lelaki bernama Lee Haechan itu.

"Bego! Sumpah bego!" Umpat Jaemin pada Haechan.

Teh Sakha ya....

Sudah sebulan aku tidak lagi melihat atau bahkan saling berhubungan dengannya, sejak terakhir aku melepasnya pergi.

Tidak sampai lost contact sih, tapi memang terasa jika diantara kami saling menjaga jarak.

Aku tersenyum, "apasih? Gapapa juga. Selamat loh Jaem!"

Jaemin yang melihatku hanya bisa tertawa kikuk. Memang semenjak kami mengenal Teh Sakha dan Teh Kania, Jaemin terlihat tertarik dengan jurusan kedua wanita itu. Ia seakan lupa jika ingin menjadi desainer ketika tau bahwa mempelajari manusia lebih menarik dibanding baju.

"Lo gimana, Ren?" Tanya Jaemin. Aku tersenyum dan menarik napas sebelum akhirnya suara pintu kamarku terbuka.

Menampilkan sosok Jeno yang datang dengan santainya. Lalu memilih merebahkan diri diatas sofa kamarku.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang