40

10.3K 1.3K 765
                                    

Sebelum mulai baca, aku sangat menyarankan untuk play lagu Devano Danendra - Menyimpan Rasa. Atau Pamungkas - Kenangan Manis!
Antara dua itu terserah play yang mana aja, cocok kok hehe.

Bab ini bakal panjang, sediain minuman yang segar dan snack andalan kalian! Aku gak menyarankan yang terlalu manis!

Selamat malam minggu gais!

***

Seulur tangan meraih pipiku, diusap halusnya dan dicubit pelan kemudian. "Jangan sedih lagi ya, kalo ada apa-apa panggil aku."

Setelah mengatakan itu, sosok Jeno pun menjauh dengan motor bersama sang ayah.

Meninggalkan aku dengan segala perasaan yang tak bisa di deskripsikan.

-o-

Dia terlihat sangat tampan dengan tuxedo biru safir itu.

Aku bahkan sampai tak bisa berkata-kata. Maksudku, dia sudah tampan dan kini ia memakai pakaian itu menambah semuanya menjadi sempurna.

Dia benar-benar terlihat terlalu sempurna di mataku.

Aku mengerjapkan mata, menyadarkan diri sendiri akan rasa kagum pada sosok yang kini hanya menatapku dengan wajah sumringahnya.

"Gimana? gimana?" Ia sangat tidak sabar meminta pendapatku.

Aku hanya tersenyum. Dasi panjangnya yang sedikit miring ku ubah, karena terasa menggangu.

"Ganteng," bisikku.

Aku tau dia mendengarku, karena lelaki itu kini tersenyum dengan lebar.

"Kalo dirumah udah aku peluk da, Teh," ujarnya sangat lancar.

Aku hanya bisa tersenyum dan menyentil dahinya yang terekspos itu.

"Hari H nanti mau gini aja gayanya?" Tanyaku, karena jujur saja, Renjun dengan gaya rambut yang mengekspos jidat itu seperti kelemahan bagiku.

Renjun terkekeh. Senyuman manis dengan lesung pipi yang tidak terlalu terlihat itu memenuhi seluruh pandanganku.

Ia menggeleng seraya menggenggam tanganku, "nggak tau, aku gimana yang dandanin aja nanti sama mereka," ujarnya merujuk pada penata rias yang sudah di pesan oleh Jaemin.

"Teteh sendiri mau gimana?"

Ah, iya. Aku belum memikirkan diriku sendiri.

Aku tersenyum kikuk, sedikit ragu untuk mengatakannya. Bagaimanapun aku masih meragukan apakah akan ikut atau tidak.

Mengulum bibir dan masih berusaha tersenyum. Aku menggeleng dengan pelan, "belum tau bakal gimana. Kamu maunya gimana?"

Sejenak air wajah berfikirnya terlihat. Matanya yang indah itu seperti memindaiku dari bawah hingga atas. "Harusnya sih ikut pesen ya, tapi nggak akan keburu sih."

"Beli aja gimana?"

Aku mengangkat kedua alisku, sedikit berdeham kemudian tersenyum tipis, "ide bagus."

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang