Aku memainkan jemariku. "Aku-"
"Ssut!"
Ia menyela ucapanku, membuatku kaget dan menatapnya begitu saja. Ia kini tak melihatku karena terfokus pada bonekanya. Tapi kata selanjutnya yang keluar dari mulutnya cukup membuatku semakin merasa sedih.
"Pergi, yang jauh."
-o-
Jungwoo sudah memanaskan mobil di depan. Pagi ini aku dan dia akan menjemput Pak Huang yang diperkirakan landing di jam sore. Jeno sudah menutup tasku dan menyerahkannya.
"Data Renjun selama seminggu ini ada di tas Teteh, nanti tinggal kasih ke Om aja."
Aku terdiam mengambil tasku dan menatap Jeno pelan. "Gapapa kamu disini?"
Jeno mengangguk. "Gapapa, karena nggak mungkin kalo Teteh yang disini sedangkan Renjun masih nolak."
Ya, sudah berhari-hari aku tak mendekati Renjun setelah terakhir kalinya aku mencoba dan mendapati pengusiran darinya. Tentu dengan dia yang melempar segala barang padaku. Bahkan jika tidak ada siapa-siapa selain aku di rumah ini, dia bisa merencanakan sesuatu hanya untuk mencelakaiku.
"Nanti pas Teteh pulang, barang Teteh udah aku kemas." Jeno menawarkan jasanya tapi aku menolak. Barangku sudah ku kemas beberapa hari lalu, jadi aku hanya tinggal membawanya kembali ke kostan.
"Nggak usah, aku udah packing."
"Langsung balik kostan sesudah jemput Om?"
Aku terdiam, karena antara iya dan tidak. "Belum tau, gimana Pak Huang nanti."
Jeno tersenyum tipis seolah paham. Mataku kembali mengintip pada kamar Renjun yang sedikit terbuka, lalu kembali menatap Jeno ragu. "Perlu pamit nggak ke dia?"
Tapi lelaki itu hanya menggeleng pelan dan memutarkan tubuhku, "jangan. Masih pagi dia blum minum obat, jangan sampe dia bangun liat Teteh langsung ngamuk." Ia mendorong tubuhku keluar seraya merangkul pundaknya.
"Aku bukan ngelarang, tapi lebih baik cari aman," sambungnya.
Rangkulan hangat dan usapan pelan yang sesekali Jeno lakukan padaku rasanya seperti penenang. Ia membawaku keluar mendapati Jungwoo yang sudah berada dalam mobil.
"Nitip ya, Bang. Hati-hati juga lho!" Goda Jeno pada Jungwoo.
Yang digoda hanya mendengus dan memutar mata sinis. Aku memasuki mobil dan duduk disamping Jungwoo yang mengendarai.
"Hati-hati!" Pekik Jeno setelah kami meninggalkan perkarangan rumah.
Dari spion aku dapat melihat Jeno masih lembaikan tangan di pagar hingga akhirnya aku tak dapat melihatnya lagi. Jungwoo begitu tenang membawa mobil ini padahal semalam ia sempat mengeluh karena permintaan Pak Huang yang menyuruh menggunakan mobil milik Renjun.
"Gue masih takut aja nih bawa mobil seharga hampir dua em." Celetukknya membuatku tertawa. Jungwoo menyalakan musik dari daftar lagunya membawa kami dalam situasi yang tenang menikmati jalan.
"Lu gapapa, Kha?" Tebak Jungwoo karena aku hanya terus diam. Aku menoleh padanya menyampingkan rambutku yang tak terikat.
"Hm?" Dehamku.
"Soal lu sama Renjun."
Aku paham apa yang ia maksud. Hanya bisa mengembuskan napas pasrah dan kembali menatap jalan. "Ya gitu, Wu. Nggak ada perkembangan. Dia tetep benci gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona! ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT TERSEDIA DI SHOPEE] ❌TIDAK ADA BAB YG DI HAPUS❌ Kuliah itu pusing! apalagi Skripsi! demi tanda tangan dosen pembimbing, rela deh lakuin apa aja yang penting lulus! Tapi kebayang nggak tuh, kalo dititipin anaknya buat syarat lulus skrip...