"Teh, haha... sekarang lebih enak untuk manggil Teteh dibanding Noona.
Setiap liat Teteh aku selalu kepikiran Mama, tapi mungkin Teteh lebih kuat?
Hari ini Teteh keliatan capek banget. Ngurus aku dan ngerjain skripsi, maaf ya? Ha. Aku gak berani bilang langsung, tapi aku bener-bener nggak enak sama Teteh.Aku tau Teteh tiap malem selalu nangisin apa yang Bang Jaehyun bilang sama aku waktu itu.
Aku gapapa Teh, udah biasa dengan semuanya yang ada didunia ini.
Aku justru berterimakasih sama Teteh. "Nggak ada manusia berhati baja" itu kan? Iya perkataan Teteh bikin aku sadar kalo aku munafik ke diri sendiri dan gak inget kalo ada orang lain yang bisa menampung kita.
Aku minta maaf, dan sekali lagi.
Jangan nangis ya? Setiap isakkan Teteh serasa satu sayatan di hatiku."-o-
Aku tau ketika sudah puluhan orang bilang padaku, jika aku tidak akan mungkin bisa bersama Renjun karna kondisinya. Meskipun aku telah mengenalnya empat bulan lalu. Mereka selalu yakin jika akan ada masanya ketika aku tak akan merasa kuat bersamanya.
Awalnya aku hanya menganggap semua itu angin lalu. Aku pasti kuat karna empat bulan awal mengenalnya sudah cukup membantingku hingga bisa berdiri terus disini.
Namun, bagaimana jika itu perlahan mulai benar?
"Pacarnya, Teh?"
Seorang adik tingkat berbadan tinggi dengan suara yang hampir berbisik bertanya padaku seraya menunjuk Renjun yang diam dibelakangku dengan ponselnya.
Aku tersenyum dan mengangguk, "iya, Kas." Jawabku.
Adik tingkatku, yang tak lain terpilih menjadi pendamping wisudaku ini hanya membulatkan matanya dengan ekspresi terkejut. "Dia..."
"Iya saya anak Pak Huang, kita udah ketemu di kelas. Kamu Lucas semester dua A kan?" Celetuk Renjun dibelakangku membuat yang ditunjuknya terkikuk panik.
"I-iya, Kang."
"Nggak usah panggil akang. Kamu tau saya dibawah kamu, panggil nama aja. Saya juga panggil kamu nama."
Renjun benar-benar membawa hawa tidak menyenangkan kesini.
Ia benar-benar marah sampai ingin mengikutiku ke kampus. Padahal aku sudah melarangnya dan berjanji akan menemaninya esok saat berkeliling Taman Sari. Tapi ia tetap kukuh ingin ikut denganku.
Terpaksa aku membawanya dan membiarkannya ikut dalam rangkaian rapat. Cukup membuat mahasiswa lain menjadi canggung karena tau jika ada anak dosen di ruangan ini.
Lucas seakan menciut di depan Renjun. Padahal anak ini bertubuh besar dan paling berisik setauku dari Jungwoo yang selalu kesal dengan tingkahnya.
Renjun menghela napas, ia memajukan bangkunya dan menepatkan posisinya disebelahku, membuat Lucas yang berada di depanku semakin segan padanya.
"Ini nggak bisa apa, pendamping wisudanya aku aja?" Tanya Renjun membuatku menatapnya.
"Nggak bisa lah, pendamping wisuda itu bukan buat wisudawannya langsung. Tapi buat orangtua wisudawannya," jelasku membuat ia berdecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona! ✔️
Fanfic[SUDAH TERBIT TERSEDIA DI SHOPEE] ❌TIDAK ADA BAB YG DI HAPUS❌ Kuliah itu pusing! apalagi Skripsi! demi tanda tangan dosen pembimbing, rela deh lakuin apa aja yang penting lulus! Tapi kebayang nggak tuh, kalo dititipin anaknya buat syarat lulus skrip...