Jeno bangkit dan tersenyum "Aku bantu Bang Jungwoo dulu. Harusnya Renjun udah tidur, Teteh juga tidur." Aku mengangguk dan melihatnya keluar Ruangan.
Menyisakan suara gaduh antara mereka berdua yang saling membereskan kamar Renjun. Aku mencoba menutup mata, menepis segala pikiranku. Hari ini memang lelah, segala tenagaku terkuras, baik batin ataupun raga dan aku sepertinya butuh untuk Tidur.
Aku harap dengan tidur dapat menghilangkan segala rasa yang ada pada diriku.
-o-
"Ini Sikat Gigi, pegang terus masukin mulut. Nah gosok atas, bawah, kiri, kanan. Iya terus Ren." Seorang asisten psikiater ayah Jeno, sudah datang pagi-pagi karna mendapat kabar bahwa Renjun kembali menunjukkan gejala.
Asisten bernama Taeil ini dengan telaten mengajarkan bagaimana cara menyikat gigi pada Renjun. Sejak semalam setelah mendapat Suntikkan, Renjun kembali diam. Bahkan enggan bersuara sedikitpun.
"Ka Taeil bilang Renjun harus terapi kejut listrik, obatnya dia tolak soalnya." Jeno yang tiba-tiba disampingku sedikit membuatku terkejut, aku menatap Profil samping rekan sebaya Renjun itu "Sakit nggak sih Jen?"
"Nggak tau, tapi Renjun pernah bilang rasanya kaya di setrum kecil di kepala."
Aku menghela nafas sebelum berbicara. "Kayanya aku nggak akan ikut, buat nganterin dia."
"Kenapa?"
Pertanyaan Jeno membuatku terdiam, aku memandangnya lama sebelum akhirnya kembali bersua "Nggak Tega."
"Nggak tega atau mulai takut dan risih?"
Sontak aku memandang Jeno, ia memandangku dengan tatapan ramah. "Nggak ada orang normal yang nggak takut setelah kemarinnya pernah di celakain, Teteh juga gitu kan?."
"Aku ngerti kok Teh." ujarnya, aku menggelengkan kepala "Nggak seperti itu, aku cuma... butuh waktu untuk bisa nerima keadaan dia yang lain."
Aku memang tidak merasa takut ataupun Risih pada Renjun, hanya saja semua perkataannya semalam bagaikan labirin yang harus kucari arah jalan keluarnya.
Jeno terkekeh pelan, ia menatapku lalu menunjuk kearah Renjun yang kini lebih memilih mengigit handuknya dibanding menggunakannya untuk mengeringkan rambut. "Sore ini aku sama Ka Taeil bawa ke Jalan Riau. Rawat jalan disana buat terapi Kejut, Teteh bisa istirahat dulu karna bakal aku yang nanganinnya." Jelasnya.
"Makasih Jen, setidaknya aku balik ke kosan setelah hampir Sebulan nggak balik." Kataku, kami berdua melihat Renjun yang kini di bawa oleh Taeil dengan Kursi rodanya itu ke halaman belakang. Mereka melakukan gerakan senam ringan, walau Renjun terlihat ogah-ogahan.
"Aku kira Teteh asli Bandung."
"Aku asli Bandung kok, ngekos karna... biar punya tempat menyendiri." Aku memandang Jeno yang masih menatap Renjun, "Sarapan hayu, aku bikinin pisang goreng tadi." Ajakku, seraya melipir kearah dapur.
"Bang Jungwoo nggak kesini?" Jeno yang sudah duduk di meja dapur, mencomot satu buah pisang goreng.
Aku menuangkan teh hangat untuknya. "Enggak, ada kelas pagi dia." Dan Jeno hanya mengangguk. Taeil memasuki rumah seraya mendorong kursi roda Renjun, aku tersenyum kearahnya seraya mengajaknya untuk menikmati pisang goreng bersama. "Sini dok, nyemil pagi dulu." Taeil yang tersenyum ramah hanya melajukan arahnya pada kami berdua.
Renjun masih diam duduk di kursi roda yang didorong, hingga tepat di depan meja, Asisten Taeil hanya duduk seraya berbincang ringan dengan Jeno. Aku menjongkokkan badanku menyamakan posisi dan menyuguhkan pisang goreng pada Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona! ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT TERSEDIA DI SHOPEE] ❌TIDAK ADA BAB YG DI HAPUS❌ Kuliah itu pusing! apalagi Skripsi! demi tanda tangan dosen pembimbing, rela deh lakuin apa aja yang penting lulus! Tapi kebayang nggak tuh, kalo dititipin anaknya buat syarat lulus skrip...