Aku berjongkok menyamakan posisi, "Renjun," lirihku.
Pria di hadapanku ini memejamkan matanya, "oke."
Kembali ia buka mata yang selalu menjadi kesukaanku itu, pupil nya bergetar dan enggan menatap balik mataku.
"Kayanya aku inget hari waktu bareng sama Bang Jaehyun."
-o-
Aku mengerutkan dahi pagi ini, ditengah lapangan parkir aku tidak menemukan sosok yang kucari.
"Ini loh di depan, aku aja liat kamu."
Oceh suara dari ponselku. Lagi, aku memicingkan mata mencari 'depan' yang ia maksud.
Dari kejauhan, siluet perempuan melambai kearahku. Aku yang masih kebingungan hanya mendekat hingga sadar siapa dia dari Jaket motif loreng tentaranya.
"BINTAAANG," aku berteriak girang seraya melebarkan tanganku. Bintang terkejut, ia malah berlari menjauhiku seolah ketakutan
"Ai maneh kunaon ih? Anjir nggak kenal aing!" (Kamu kenapa? Enggak kenal gue) Bintang memekik seraya berlari.
Aku terkekeh walaupun kesal, "mau peluk akutuh." Bintang yang berhasil kutangkap ini hanya mendengus.
"Cageur sugan?" (Sehat?)
aku merangkul lengan Bintang. "Sehat, nggak deng otak aku nggak sehat."
"Keliatan."
Kami berjalan menuju gerbang depan, "jadi mau ngomongin apa?" Pancing Bintang.
Aku memang mengajaknya bertemu di kampus, sekedar temu kangen sekaligus memberitahu ajakan Syuting untuk anaknya itu.
"Nanti aku jelasin di mang Corndog." Sahutku, Bintang mengangguk dan kami keluar dari gerbang.
Namun ternyata realita mengalahkan Ekspetasi.
"Yhaaaa... belum jualan mangnya." Desah Bintang kecewa, aku terkekeh seraya merangkulnya kembali.
Trotoar di pinggir gerbang depan memang masih sangat sepi, belum terlihat roda para pedagang seperti biasanya.
Aku mengajak Bintang kembali masuk ke halaman kampus, sekedar duduk di pendopo yang berada di tengah-tengah kampus.
"Renjun gimana Kha?" Tanya Bintang ketika kami baru saja mendaratkan pantat di pinggir pendopo dan dibawah rindangnya pohon.
"Lagi pemulihan Teh, tapi udah mendingan." Jawabku, Bintang mengangguk sebelum kembali bertanya.
"Dia masih ngedengerin suara gitu, tapi buat delusi yang lain udah lumayan mending," jelasku diiringi anggukan Bintang.
Bintang merogoh totebagnya dan mengambil sebotol minuman. "Tapi kamu aman?" Ucapannya membuatku menoleh.
"Aman."
Dari ujung mata Bintang, aku tau ia meragukanku, aku hanya bisa terkekeh. "Ya gitu deh," Pasrah.
"Aku inget kata-kata kamu kalo Renjun butuh aku, dan tuhan bakal ngasih kemudahan atas semua ini. Tapi Bi, aku udah mulai pusing sama semuanya."
Aku menatap langit biru dengan awan putih bersih itu.
"Semuanya terlalu banyak masalah, yang satu belum beres udah muncul lagi yang lain."
Bintang begitu mendengarkanku. Aku mengambil jeda sesaat, teringat semalam Renjun mengatakan ia mengingat hari saat bersama Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona! ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT TERSEDIA DI SHOPEE] ❌TIDAK ADA BAB YG DI HAPUS❌ Kuliah itu pusing! apalagi Skripsi! demi tanda tangan dosen pembimbing, rela deh lakuin apa aja yang penting lulus! Tapi kebayang nggak tuh, kalo dititipin anaknya buat syarat lulus skrip...