24

9.4K 1.4K 488
                                    

"Emang cowoknya siapa?"

Baru aku akan menjawab, ia sudah mencegahku.
"Dari mana?"

"Kok bisa kenal?" Sambungnya,

Aku benar-benar ingin menjawabnya, tapi lagi-lagi Renjun memotongku. tidak memberikan kesempatan untukku berbicara.

Kali ini ia menatap tepat kearah mataku dan aku bisa melihat tatapan serius dari manik gelapnya.

"Dia, siapanya Teteh?"

-o-


"Aku nggak mau Ren!"

Aku memekik ketika Renjun memaksaku mengenakan sebuah dress imut berwarna pink pastel. Lelaki itu mendesis.

"Jangan teriak! Aku baru sembuh nanti sakit lagi." keluhnya, membuatku memutar mata malas.

Sudah berjam-jam kami berada di toko baju yang ada di Mall ini.

Setelah kemarin akhirnya pulang, aku mendapatkan pesan untuk waktu pertemuan dengan kru proyek syuting itu besok.

Tapi entah mengapa yang bersemangat adalah anak ini.

"Aku mau Teteh pake baju kaya cewek."

Kata-katanya dirumah masih terngiang di kepalaku. Dan sekarang, entah perasaanku saja atau memang begitu, Renjun terlihat sedikit lebih manja dan mengekang.

"Udah yu Ren, aku pake ini, oke? Kita istirahat, kamu kan baru sembuh." ujarku, gerah melihatnya berkeliling rak baju, mencari yang pas untukku.

"Itu aja?" Aku mengangguk.

"Iya, ini aja. Satu baju aku, satu baju kamu." aku mengangkat dua Hanger baju yang tak lain bajuku dan Bajunya.

Aku melihat jam di lengan kananku, sudah pukul lima sore, seharunya aku dan Renjun kembali ke Rumah Sakit.

Meskipun sudah tidak di rawat inap, Renjun masih harus menjalani terapi setiap lima kali seminggu.

Renjun yang masih mengelilingi toko langsung kutarik begitu saja hoodienya, membuat si empunya hampir tersungkur kebelakang.

"Udah ayo, masih harus ke Rumah Sakit ini." omelku.

"Nggak mau Teh!" Renjun menolak, seperti biasa ia tidak mau kembali ke Rumah sakit meski hanya untuk terapi.

"Harus!"

Aku terus menggusurnya hingga ke kasir, mengapit sebelah tangannya di sela lenganku. Sang kasir hanya tersenyum melihat kami.

Masa bodo lah, aku hanya tidak ingin Renjun kabur karna tidak mau ke Rumah Sakit.

Setelah membayar semua, aku kembali menyeret lelaki yang lebih tinggi dariku ini menuju pelataran parkir.

"Beli Gulu-Gulu dulu dong Teh." rengeknya kali ini, tidak ku dengar aku masih terus menyeretnya kearah mobil.

"Teteeeh."

Langkahku tertahan karna Renjun menahan tubuhnya, membuatku sulit menyeret tubuh kurusnya itu.

Aku benar-benar lemah.

"Atuuuh." kali ini ia memajukan bibirnya, seperti anak kecil merajuk meminta mainan.

Aku menghembuskan nafas membuang emosi, sifat manja Renjun memang tidak terduga.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang