Usik

8.7K 1.2K 246
                                    


This is special Chapter
Read as Renjun point of view
Not a must read thing (u can skip this chapter if u want), because it will not affect the storyline but a bit of a clue for the next path.

Enjoy!


"Kau masih mau terus mewarnai seperti anak kecil?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau masih mau terus mewarnai seperti anak kecil?"

Berisik.

"Dengarkan aku tidak?"

Tidak.

"Renjun?"

Dokter Taeil, dia dipintu.

Dia mendekat, mengusap kepalaku yang kemudian aku merasa gatal di ubun kepala, "udah ngemasin barang?"

Barang? Buat apa?

"Kau boleh pulang sore ini."

Pulang?

Tunggu, semuanya berwarna putih. Kasur, dinding, meja. Ruangan ini, sejak kapan aku berada disini?

Dokter Taeil masih menatapku. Tatapannya mengasihaniku.

Aku tidak suka.

Ia pergi dengan membawa buku catatanku, meninggalkan aku dengan Eddy yang masih duduk diatas meja.

"Cepat kemasi barangmu! Kita harus segera menemukan putri itu."

Gila.

Kulangkahkan kakiku pada almari kecil di pojok ruangan ini. Bajuku, sejak kapan disitu? Kenapa aku tidak mengingat sesuatu? Sebaiknya aku segera memasukkannya kedalam tasku.

Tasku, mana?

Oh, diatas kasur. Itu koper.

"Gerakannmu lambat pangeran! Kita harus bergerak cepat!"

Abaikan, jangan di dengar.

Kucoba meraih satu baju.

Baju ini lembut, seperti tidak pernah dipakai. Padahal ini warna kesukaanku. Kuning. Rupanya semua baju di dalam sini tidak ada yang terpakai. Lantas, selama ini aku pakai apa?

Tanganku dengan cepat meremas baju yang ku kenakan sekarang. Ini apa? Bahannya lebih tipis dari bajuku, aku penasaran dan menengoknya kebawah.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang