50

8.4K 1.1K 640
                                    

"Apakah kalian mengerti rasanya, ketika akhirnya bisa bersama. Namun mempunyai prinsip yang berbeda? Seakan menggantung, namun sebenarnya aku belum menurunkan jangkar manapun. Aku bimbang hanya dengan melihatnya, haruskah ku menahannya atau membiarkannya?"

-o-

Hiruk pikuk Taman Korea yang berada di dalam Taman Kiara Artha ini, seakan tak sanggup menjadi penambah suasana bagi kami berdua yang sedari tadi berjalan dengan saling diam.

Kami yang berjalan beriringan tanpa berpautan tangan sekalipun, hanya benar-benar larut pada diri masing-masing.

Sejak Renjun mendengar percakapanku dan Jaehyun di koridor fakultas, ia tak lagi bersuara, sekedar bertanya lebih lanjut pun tidak.

"Aku haus," ujarku mencoba mencairkan suasana. Ia melirik kearahku, sejenak menatap sekitar mencari stand yang menjual berbagai minuman.

"Boba?" Tanyanya pelan dan aku hanya bisa mengangguk.

Iya berjalan mendahuluiku seakan kami tak berjalan bersama. Entahlah, ini rasanya membingungkan, jika aku ingin inisiatif pun, aku merasa ini bukan waktu yang tepat.

"Rasa apa?" Tanyanya setelah ia berdiri tepat di depan kasa dan memperlihatkan kertas menu padaku.

Aku menjawab dengan tidak antusias. "Greentea Milo aja," lalu kembali memainkan ponselku.

Lelaki itu akhirnya melakukan pembayaran. Selama kami menunggu, kami benar-benar larut dalam kegiatan masing-masing. Seperti aku dengan ponselku dan ia dengan diamnya membaca semua menu.

Aku lebih sering memainkan ponselku karena Jungwoo mengirimkan sebuah pesan. Sekedar menanyakan keadaan kami berdua dan menitipkan makanan jika kami sudah menuju kembali ke rumah.

"Awas!"

Tangan Renjun dengan cepat menarik lenganku dan membiarkan tubuhku terjatuh tepat di dadanya. Aku terkejut karna kini tubuhku sangat menempel dengannya.

Sesosok pria membawa sebuah panci besar berisikan air, melewati kami sesaat setelah Renjun menarikku kedalam pelukkannya.

Aku masih terdiam. Terkejut sekaligus bingung apa yang terjadi dan apa yang harus aku lakukan setelahnya.

Sebuah usapan terasa turun dari pundak menjadi pinggangku. "Basah nggak?" Tanyanya menatap dari atas hingga bawah.

Aku hanya bisa menggeleng kikuk dan sedikit menjauh dari tubuhnya.

Aku tidak tau apakah ia sadar atau hanya sebuah gerakan reflek. Tapi baru aku sedikit memundurkan badanku, sebelah tangannya yang sedang bertengger di sebelahku, kini mengenggam tangan kananku begitu saja.

"Ini, A. Minumannya." Pegawai minuman itu menyerahkan dua gelas besar di balik jendela standnya.

Renjun tak melepaskan genggamannya, ia justru mengambil dua gelas itu dengan satu tangannya saja.

Setelah berterimakasih kami memutuskan kembali berjalan menikmati salah satu fasilitas di taman ini.

Masih dengan tangan yang saling berkaitan itu. Aku tak berani bertanya padanya.

Setidaknya biarkan aku juga menikmati genggaman hangat miliknya ini.

"Ren, minum aku dong." Aku meminta agar Renjun memberikan minumanku yang masih bertengger di tangan kanannya.

Tapi bukanya menyerahkan, ia justru mengasongkan ujung sedotannya, seakan menitahku untuk menyedotnya langsung tanpa perlu mengambilnya.

Tentu saja aku hanya bisa diam dan memandangnya dengan raut bingung. Tapi Renjun hanya bersikap tenang seakan dingin.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang