8 - study

2.1K 129 0
                                    

revisi 03/07/20

***

Sudah hampir setengah hari Yoora tidak berpindah dari tempatnya dan tetap fokus membaca buku buku yang menumpuk di depannya.

Yoora benar- benar tidak ada niatan untuk berhenti. Ia sangat ambisius jika sudah berhubungan dengan pelajaran. Pelajaran kuliahnya akhir akhir ini makin menggila membuat Yoora seperti sekarang. Handphonenya berkali kali menyala, Yoora menoleh sekilas namun kali ini dia tidak akan menghiraukannya.

Jeon is calling...

Sedari tadi Yoora selalu menghiraukan semua notif handphonenya. Yoora melepas kacamatanya dan akhirnya mengangkat telfonnya.

"Hmm"

"Kau belum tidur?" Yoora sempat terdiam sebentar lalu dengan cepat menatap jam dinding perpustakaan.

Jam 2 malam.

"Ya," ucap Yoora singkat sambil sesekali melihat bukunya.

"Kenapa kau belum— hei jangan bilang kau masih belajar?" tanya Jungkook dengan nada rendah.

"Ah...tidak, itu hanya perasaanmu saja, aku hanya tidak bisa tidur, okay? aku mau tidur dul—" tiba- tiba Jungkook ingin menyambungkan telfon dengan video call. Yoora menggigit bibirnya ragu dan akhirnya mengehela nafas lalu mengangkatnya namun mematikan kameranya.

"Ya! kau dimana? nyalakan kameramu!" Yoora bisa melihat muka Jungkook yang sebenarnya juga kelihatan lelah, Jungkook baru pulang dari goodbye stagenya hari ini.

Yoora tetap terdiam karena tidak ingin membuat Jungkook marah. Akhirnya Yoora menghela nafas dan menyalakan kameranya.

"Aku mohon jangan marah, mian! mian!" teriak Yoora secara langsung saat kamera tersambung.

"Hhh...Yoora bukankah aku sudah pernah mengingatkanku untuk tidak di perpustakaan di atas jam 10," Yoora cemberut.

"Ish! hanya tinggal 2 buku ko—"

"Tidak kau harus pulang," ucap Jungkook serius.

"Tidak," balas Yoora tidak kalah serius.

"Iya,"

"Tidak!"

"Yoora..."

"Tidakk!" tiba- tiba sambungan telfon terputus. Yoora hanya menghela nafas kemudian memakai kacamatanya kembali, mungkin Jungkook marah kepadanya. Namun apa daya Yoora sudah tertinggal banyak pelajaran. Yoora kembali fokus kepada bukunya lagi.

Setengah jam berlalu, dan Yoora masih diposisi yang sama berkutat dengan bukunya. Sampai ia tidak sadar ada seseorang masuk.

puk

"AAAAAA EOMMA TOLONG A—"

"Ya! ini aku! kenapa kau sering mengira pacarmu ini hantu?!" Protes Jungkook sambil mengambil duduk di kursi sebelah Yoora.

"Lagipula kenapa kau selalu muncul tanpa alasan di tempat yang gelap dan sepi," ucap Yoora sambil menenangkan dirinya sendiri karena masih kaget.

"Sekarang ayo pulang," ajak Jungkook dengan nada tenang. Yoora hanya cemberut dan tetap membaca bukunya. Jungkook menyenderkan kepalanya ke bahu Yoora.

"Ya! kau ini lupa ya sudah tidak bertemu denganku selama 4 bulan," bohong jika Yoora tidak rindu. Ia sangat rindu dengan Jungkook.

"Yoora..." ganggu Jungkook. Yoora tetap menghiraukannya dan fokus membaca bukunya.

"Ish! Baiklah aku pergi," ucap Jungkook yang menaikkan kepalanya dari bahu Yoora.

grep

Yoora menarik jaket Jungkook saat Jungkook mulai berdiri.

"Jangan pergi," ucap Yoora dengan nada rendah. Jungkook diam diam tersenyum karena pada akhirnya Yoora menjawab omongannya. Jungkook kembali terduduk.

"Hm a—" Jungkook kaget ketika tiba- tiba Yoora memeluknya.

"Dingin," ucap Yoora singkat. Jungkook langsung memeluk balik Yoora.

"Dingin? apa seperti ini lebih hangat?" tanya Jungkook sambil mengelus elus punggung Yoora. Yoora mengangguk.

"Jeon..."

"Hm,"

"Aku lelah,"

"Lalu kenapa kau tidak pulang, ayo pulang sekarang," ajak Jungkook entah keberapa kalinya, sebenarnya jadwal Jungkook sangat padat besok namun jika Yoora belum pulang tentu ia tidak akan bisa tenang di dorm jika ia hanya berdiam diri.

Yoora hanya terdiam tidak membalas Jungkook, ia yakin Jungkook tahu alasannya kenapa Yoora tetap bertahan di sini sendiri. Tentu karena orang tuanya, Yoora pernah dipukuli habis habisan oleh ayahnya dan mungkin hampir mati jika ibunya tidak menghentikannya, karena ia mendapat peringkat keempat di kelas.

Jungkook bahkan pernah bertengkar dengan ayah Yoora di ruang tamu. Namun akhirnya Jungkook berhasil memenangkan argumen itu dan Yoora di bebaskan jika ingin tinggal di apartemen. Namun itu cerita lama, bahkan ayah Yoora sangat sering meminta maaf kepada Yoora. Yoora juga sudah memaafkan ayahnya namun semua hal itu membekas seperti trauma bagi Yoora, Yoora tidak ingin mendapat peringkat dibawah peringkat tiga, Yoora menjadi pribadi yang sangat ambisius.

"Kalau kau pulang, aku janji akan menemanimu sampai tidur," Yoora langsung mendongak untuk melihat wajah Jungkook yang juga menunduk untuk menatapnya.

"Tapi, kau kan juga harus pul—" Jungkookmengecup bibir Yoora.

"Bukankah aku pernah bilang, aku selalu ada untukmu—aku mohon jangan muntah jika aku mengatakan ini," Yoora tertawa kecil, dulu Jungkook pernah mengatakan kalimat yang sama dan Yoora merasa jijik karena dulu Yoora dan Jungkook belum berpacaran.

"Jadi?" tanya Jungkook.

"Hmm...ayo pulang," ucap Yoora akhirnya. Namun Yoora tak kunjung melepas pelukannya.

"Lepaskan sebentar nanti bisa dilanjut di kamarmu," ucap Jungkook ambigu membuat Yoora langsung melepaskan pelukannya dan memukuli Jungkook karena kalimat ambigunya.

"Maksudku berpelukan!"

***

Jungkook ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang