17 - panic attack

2.1K 115 0
                                    

VOTE AND COMMENTNYA JANGAN LUPA GAIS 👌👌

*PERINGATAN TYPO*

***

Yoora menghela nafas lega saat akhirnya pekerjaannya selesai. Ia hanya ingin beristirahat dan tidur bersama Jungkook dengan Jungkook yang memeluknya erat sekarang juga.

Yoora dengan cepat mengemas barang- barangnya dan berjalan cepat menuju parkiran dimana mobilnya berada.

***

"Jungkook!" panggil Yoora saat berhasil masuk ke dalam apartement.

Aneh. Karena biasanya Jungkook selalu menyambutnya dengan memeluknya. Yoora mengangkat kedua bahunya dan akhirnya duduk di depan tv memejamkan matanya sebentar.

Yoora membuka matanya dengan cepat saat tiba- tiba mendengar suara batuk Jungkook namun itu terdengar tidak normal.

Tanpa basa basi Yoora langsung berjalan menuju lantai atas di mana kamarnya berada.

"Jungkook?" panggil Yoora saat berjalan di tangga.

"Jungkook?!" ucap Yoora terkejut saat melihat Jungkook sedang bermasalah dengan pernafasannya. Jungkook menatap Yoora dan ia langsung menangis.

Yoora langsung menjatuhkan semua barang bawaannya dan menghampiri Jungkook yang terduduk di ujung kamar.

"Jungkook! Jungkook! lihat aku! tenanglah, shusshhh ambil nafas perlahan," Yoora tidak ingin memeluk Jungkook karena itu pasti akan membuatnya tambah kesulitan bernafas.

Yoora tahu jika Jungkook memiliki masalah ketika ia terlalu panik, nafasnya akan tersenggal senggal, Yoora ikut sakit melihat Jungkook yang seperti ini, namun ini jarang terjadi.

Perlahan nafas Jungkook mulai teratur namun ia masih menangis. Barulah Yoora memeluk Jungkook, tanpa berfikir banyak Jungkook langsung membalas pelukan Yoora erat.

"Hey, kau kenapa? kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Yoora khawatir.

"A..aku ki..ra kau meningalkan—" Jungkook terbatuk sebentar.

"Meninggalkanku," Yoora menepuk nepuk punggung Jungkook pelan.

"Kenapa kau bisa berfikir seperti itu?" tanya Yoora bingung.

"Tadi pagi kita bertengkar, dan tiba- tiba semua bajumu hilang, aku kira kau pergi dari sini," Yoora menghela nafas dan melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah Jungkook.

Wajahnya pucat namun dibanjiri air mata beserta matanya yang merah. Yoora tersenyum untuk menenangkannya dan menghapus air mata Jungkook.

"Mana bisa aku meninggalkanmu bodoh, kau selalu memecahkan piring ketika mencuci kotoran setelah makan malam, bagaimana aku bisa meninggalkanmu, aku mencintaimu kau tahu itu kan?" jelas Yoora panjang lebar.

"L...lalu kenapa bajumu di lemari hilang, handphonemu tidak aktif," Yoora merasa bersalah kepada Jungkook karena ia tertawa akan hal ini.

"Kau lupa ya, aku kan sudah mengatakan akan memindahkan semua pakaian kita ke lemari baru kita yang masih berada di gudang, aku baru memindahkan pakaianku kemarin, dan tentang aku menghilang, mianhe hari ini aku sangat sibuk, aku tidak sempat melihat handphone," jelas Yoora panjang lebar. Jungkook akhirnya mengangguk angguk sebagai jawaban.

"Lebih baik kau tidur sekarang, ya?" Jungkook tidak menjawab Yoora, ia langsung berdiri walau dengan bantuan Yoora.

Badan Jungkook sangat lemah sekarang, Yoora membaringkannya di kasur dan menyelimutinya sampai leher.

"Aku bukan anak kecil," ucap Jungkook pelan.

"Oh kau memang bukan anak kecil, kau adalah bayi, iya bayi," balas Yoora sambil ikut berbaring di sebelah Jungkook. Jungkook hanya bisa tersenyum kecil karena energinya tidak sebesar itu walau hanya untuk tertawa.

"Apa aku perlu menyanyikan twinkle twinkle lil star?" tanya Yoora bercanda. Jungkook langsung menutupi telinganya.

"Tidak telingaku pecah nanti," ucap Jungkook sambil tertawa pelan.

"Ah akhirnya kau tertawa juga, eh...tapi aku benar ingin menyanyikannya untukmu!" paksa Yoora.

"Tidak! tidak! Yoo—"

"TWINKLE! TWINKLE LITTLE—"

"Yoora...hentikan!"

***

Jungkook ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang