12 - emo

2.1K 122 0
                                    

VOTE AND COMMENTNYA JANGAN LUPA GAIS 👌👌

*PERINGATAN TYPO*

***

Aku tersenyum senang saat bts mendapatkan penghargaan daesang album of the year. Aku bisa melihat muka sumringah Jungkook, dengan sesekali pandangannya mengarah ke arahku. Dasar.

Belum juga lama mereka duduk, mereka mendapatkan daesang kembali dengan kategori artist of the year. Aku bahkan ikut berteriak bersama army lainnya.

Semua shock saat tiba- tiba J-hope menangis, dan tak lama di lanjut Jungkook diujung yang diam diam menghapus air matanya.

Jujur hampir semua army disini ikut menangis bersama, bahkan aku yang paling anti dengan hal seperti ini saja ikut menangis.

"Kami bahkan berfikir, apa kami harus disband," saat aku mendengar ucapan Jin oppa aku langsung menatap Jungkook. Aku tahu ia menahan tangisan kerasnya.

Jungkook dulu suka bercerita tentang perdebatan mereka tentang disband dan pasti Jungkook selalu menangis saat menceritakannya, terkadang aku harus memeluknya selama 1 jam hingga ia tertidur untuk menenangkannya.

Aku ingat sestress apa mereka di awal tahun, hingga mereka sempat berfikir untuk disband, tapi mereka selalu memikirkan army, aku selalu tersentuh, mereka pasti selalu menomor satukan fans.

"Permisi," ucapku agar bisa melewati barisan para fans. Aku harus ke backstage, aku yakin Jungkook pasti akan menangis.

Jungkook itu biasanya baru menangis ketika semua sudah tenang secara diam- diam. Aku berlari lebih kencang saat tahu bts sudah turun dari panggung.

"Huft mian aku telat!" ucapku ngos ngosan saat sudah di depan ruangan bts.

"Selamat—" ucapanku terhenti saat tiba- tiba aku merasakan seseorang menarikku untuk keluar ruangan. Aku dapat melihat wajah Jin yang menertawaiku.

"Ya! apa yang kau—" siapa yang tidak kaget jika kau ditarik secara paksa lalu dibawa ke tempat gelap tanpa tahu siapa yang membawamu.

"hiks...Yooraa...." Yoora tiba- tiba tertawa saat orang yang membawanya ini memeluknya erat dan menangis layaknya anak kecil. Ia yakin 100 persen bahwa orang itu Jungkook.

"Astaga! kau ini selalu membuat kaget saja!"

"A...aku—"

"Shusshh iyaa aku mengerti," ucapku yang terus tersenyum sambil berusaha menenangkan Jungkook.

"Selamat atas kemenangan kalian," Jungkook di tengah tangisannya hanya membalasnya dengan anggukan.

"Augh kau sangat lucu jika seperti ini," ucapku sambil menghapus air mata Jungkook.

"Aku sedang menangis kenapa kau bilang aku lucu!" protes Jungkook tiba- tiba, tuh siapa yang kuat melihat ke'aegyo'an Jungkook yang natural ini.

"Dasar cengeng," ejekku sambil tertawa. Jungkook kembali melepaskan pelukan mereka.

Aku benar benar ingin tertawa jika sudah melihat sisi Jungkook yang hanya di tunjukan kepadaku. Jungkook itu sangat sensitif, jika terharu ia menangis, jika sedih ia menangis, jika terlalu senang ia menangis, itulah Jungkook yang sebenarnya.

"Iyaiya maaf, sini aku tahu bayiku sedang ingin dipeluk," namun Jungkook menolak dan cemberut enggan menatapku.

"Ya! mian! jangan sedih lagi, aku hanya berusaha menghiburmu!" belaku dan akhirnya Jungkook kembali menatapku.

"Jangan mengejekku lagi atau tidak ingin merasakan akibatnya," ucap Jungkook.

"Hm? memang apa akibatnya,"

"Ini,"

cup

Pipiku sukses memerah hanya dengan satu kecupan itu. Ah ya, mau bagaimanapun aku tidak akan pernah menang darinya. Aku langsung menghujaninya dengan pukulan.

"Akh! ya! hajima! itu sakit!" aku akhirnya menghentikan pukulanku dan enggan menatap Jungkook.

cup

"YA! DASAR MESUM!" teriakku saat tiba- tiba dia menciumku lagi. Dan pada akhirnya kita membuat keributan di backstage karena menjatuhkan dispenser yang tak sengaja kita senggol saat berlarian. Sudah gila memang.

***

Jungkook ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang