PART 1

3.5K 206 25
                                    

Dunia nyata memang tidak seindah dunia imajinasi, tidak seindah di dalam film ataupun novel. Tapi aku tidak bisa menepis kenyataan ini...

Bahwa di dalam perjalanannya, baik itu film, novel, maupun realita, seluruh tokoh pasti pernah memiliki masalah yang berat.

-POLARIS-

...

Hei, apakah ada seseorang yang bisa menghitung berapa lama kura-kura berjalan dalam jarak satu meter? Apakah ada seseorang yang bisa menghitung berapa banyak manusia menarik serta menghembuskan napas dalam waktu semenit? Lalu berapa banyak manusia yang dapat berkedip dalam waktu satu jam? Apakah sangat banyak sehingga orang tidak mampu menghitungnya? Atau karena dirinya saja yang kurang kerjaan sehingga bisa memiliki ide gila seperti ini?

Entahlah, yang pasti gadis itu tidak akan pernah bisa menghitungnya.

Untuk alasan pertama, dirinya tidak mempunyai kura-kura.

Kedua, ia tidak akan pernah bisa mengitung berapa banyak manusia menarik dan mengembuskan napas dalam waktu semenit, jangankan menghitung milik orang lain, menghitung untuk dirinya saja ia selalu lupa. Sungguh mengenaskan.

Dan untuk pertanyaan terakhir... mungkin kali ini ia akan mencoba menjawabnya, manusia mengedipkan mata begitu banyak apalagi ketika sedang kelilipan ataupun dilanda rasa penasaran. Contohnya saja ketika pemilihan ketua mading ini.

"Bubble bubble gum..."

Gadis dengan rambut sebahu itu menopang dagu ke tutup botol minuman, mata bulatnya tak henti mengerjap seraya memerhatikan suasana yang terjadi pada setiap sudut kelas. Benar-benar parah.

Bagi Yui ini adalah hari ribut sedunia, belum pernah ia melihat tiga puluh siswa berisik seperti ini. Ada yang saling menunjuk satu sama lain, ada yang menolak dengan sebuah gelengan cepat dan ada pula yang bernyanyi di depan kelas dengan suara sumbangnya hingga berhasil membuat suasana semakin mencekam.

Sementara dirinya? Ya, gadis kecil yang bukan termasuk ketiga golongan itu hanya bisa mengulang lagu iklan permen karet yang ditonton tadi pagi.

"Hei! Kau saja yang menjadi ketua! Bukannya kau juga menjabat sebagai ketua kelas?" tanya perempuan dengan keripik kentang di tangannya. Yui memerhatikan arah kiri depan, cewek berpipi tembam itu sedang menunjuk ketua kelas.

"Karena aku sudah menjabat sebagai ketua kelas makanya aku tidak menginginkannya!" ucap ketua kelas dengan tegas. Tegas? Yui menggeleng, tidak, pernyataan itu mungkin lebih cocok sebagai pelampiasan dari rasa kesal. Entah kesal karena ditunjuk atau kesal karena akan ada banyak lagi tanggungjawab yang dibebankan kepadanya yang pasti cowok berkacamata itu tampak uring-uringan di bangku sudut kiri depan.

Untuk kesekian kalinya Yui mengerjapkan mata.

Aneh, kadang dirinya berpikir, kenapa manusia hanya ingin menunjuk tanpa mau ditunjuk? Dan lebih anehnya lagi, ketika dirinya seorang manusia namun tidak bisa memahami tingkah laku manusia lainnya.

Dan yang Yui tahu hanyalah semua keributan ini diawali dengan kehadiran abang kelasnya itu. Ya! Cowok bermata bundar yang sedari tampak seru memainkan pena dengan sela-sela jarinya tersebut. Perlahan Yui mengalihkan pandangan, memerhatikan seseorang yang tengah berdiri di depan kelas. Menyebalkan, entah berapa kali dirinya mengutuki, bahkan cowok dengan seragam putih abu-abunya itu tampak begitu tenang di tengah keributan seperti ini.

Gara-gara cowok itu datang, kelas mulai berisik. Dan jangan lupa pula pemicunya adalah ketika si mata bundar itu membawa pertanyaan horornya seperti siapa-yang-ingin-menjadi-ketua-mading-di-kelas-ini?

"Kau saja yang menjadi ketua mading!"

"Aku?" Seorang cewek dari bangku depan kanan mengelak, meletakkan sisir yang tadi digunakan ke atas meja. "Tidak! Aku lebih tertarik dengan dunia fashion dibandingkan mading!"

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang