PART 4

1K 84 16
                                    

Cinta memang bukan segalanya. Kamu tidak bisa membeli suatu barang hanya dengan cinta.

Tapi kupikir untuk mewujudkan segalanya kita membutuhkan cinta, beribadah, berteman, bekerja. Semua membutuhkan cinta.

-POLARIS-

...

Tak ada manusia di dunia ini yang dapat hidup sendirian, apalagi ketika merasa kesepian. Sudah digariskan manusia adalah makhluk sosial, berusaha apapun kita menutup diri dari orang-orang tetap saja kita membutuhkan bantuan dari lingkungan sekitar. Tidak perlu repot-repot memikirkan contoh yang besar, untuk hal kecil saja manusia saling membutuhkan sesama manusia lainnya. Contohnya saja seperti makan.

Kita tidak mungkin harus menanam padi sendiri, membiarkannya menguning lalu ditumbuk dan...

Ahh! Sungguh, baru memikirkannya saja berhasil membuat Yui gila!

Yui, gadis itu meneguk es teh di meja dengan semangat, lalu memasukkan suapan nasi terakhir dan mengunyahnya dengan cepat. Jika ada yang bertanya hal apa saja yang membuatnya tidak mengerti, maka Yui akan menjawab dua hal.

Ya, dua hal yang terasa begitu rumit dan seolah tiada habisnya bila di pikirkan terus menerus.

Apalagi kalau bukan tentang manusia dan Senior yang... entahlah, Yui tidak yakin laki-laki berwajah bundar itu termasuk jenis manusia apa bukan. Jika manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dan ingin mendapat pengakuan dari sekeliling, maka Senior sebaliknya.

Benar-benar aneh, cowok itu seakan menarik diri begitu dalam. Yui akui, Senior itu benar-benar sombong, mungkin bukan dengan cara membanggakan kepintaran, harta atau semacamnya, namun secara tidak langsung Senior itu seolah mengatakan bahwa bisa hidup sendirian meskipun Yui yakin tidak pada kenyataannya.

Tak ada manusia yang bisa hidup sendirian, tak ada manusia yang tidak membutuhkan pertolongan. Di dunia ini, semua manusia merupakan hal yang berharga. Jika manusia itu sadar, maka tak ada manusia yang terbuang di dunia ini, banyak manusia yang membutuhkan pertolongan, banyak manusia yang butuh dihargai, bahkan untuk hal kecil yang begitu berarti seperti merasa dianggap ada oleh sekeliling.

Namun karena manusia tumbuh dengan ego yang tertanam pada diri masing-masing, manusia selalu menjadikan dirinya sebagai korban. Dengan pikiran seperti itulah hidup seseorang akan menjadi penuh warna entah itu hitam putih ataukah warna warni, hanya manusia itu yang bisa melukisnya sendiri.

Dan yang pasti, Yui tidak ingin hidupnya hanya dipenuhi dengan warna hitam putih, terlalu membosankan untuk manusia yang dapat hidup sekali saja.

Suara gigitan es batu terdengar begitu kuat. Habis sudah makanan dan minuman di hadapannya, kini Yui bangkit dari kursi, berjalan keluar dari kantin. Jalanan koridor tampak begitu ramai, ada beberapa siswa siswi yang berjalan dengan penuh keringat sehabis olahraga dan ada pula yang masih tetap tinggal di lab biologi tanpa melepaskan jas putih praktiknya.

"Kau yakin menyukainya?"

Yui menoleh seketika, langkah sepatu itu mendadak saja berhenti di halaman koridor perpustakaan seraya mengerjapkan mata dengan penasaran. Tampak dua anak perempuan tengah tertawa cekikikan, keluar dari ruangan penuh buku itu seraya mengambil sepatunya dari dalam rak.

Anak perempuan dengan rambut dikucir satu itu menggeleng, menggenggam salah satu novel yang baru saja dipinjamnya, berbicara kepada sahabatnya si rambut pendek. "Mana mungkin aku menyukainya. Yah, meskipun wajahnya lumayan tapi aku tidak suka dengan laki-laki tertutup seperti itu. Terkesan culun mungkin?"

Kini gelak tawa dari keduanya terdengar kuat. Kedua cewek itu tampak senang, sesekali menggelengkan kepala seolah tidak habis pikir mengapa bisa bertemu dengan makhluk aneh di perpustakaan sana.

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang