Mungkin benar, cinta itu aneh. Terkadang bisa membodohkan dan dapat membuat seseorang kehilangan akal sehat.
Namun tidak bisa dipungkiri pula bahwa dengan mengenal cinta kita dapat menghidupkan kembali hati seseorang.
-POLARIS-
...
Ringan namun terasa risih dalam waktu yang bersamaan...
Mungkin hidup di antara ambang kehidupan dan kematian memanglah seperti itu. Dimana tubuh terasa ringan lalu pikiran seolah terasa kabur baik untuk memerhatikan lingkungan sekeliling maupun detik yang tidak dapat terhitung lagi.
"Yui? Bangun Yui!"
Gadis dengan seragam rumah sakit merah mudanya itu kini membuka mata perlahan. Wajah yang tampak pucat itu seolah lemas sekaligus bingung memerhatikan sekelilingnya.
Seorang perempuan paruh baya mengembus napas lega, mengelus dada seolah tengah melepaskan seluruh ketakutan yang berada di sana. Senyuman cerah terukir dari bibirnya begitu memerhatikan salah satu pasiennya telah sadar.
"Yui..." Yui mengerjapkan mata, wajah perempuan itu tampak tegang seraya menunjuk diri sendiri. "Coba tebak saya siapa?"
Mata bulat itu tampak polos. Merasa tidak bergerak dari tidurnya selama berapa jam tadi, Yui meringis, gadis itu menggerakkan leher serta jari-jarinya dengan perlahan. Setengah berharap semoga anggota tubuhnya yang tersisa kini dapat diajak bekerjasama.
"Tante," gumam Yui, menyerupai sebuah bisikan.
"Untunglah..." Perempuan itu mengembus napas lega seraya mendaratkan satu usapan hangat di dahi Yui. "Sekarang Yui istirahat lagi ya? Masih ngantuk 'kan?"
Tak ada jawaban dari Yui, dengan tubuh yang masih setengah lemas gadis itu mencoba mengedarkan pandangan ke arah jendela. Tirai putih yang biasanya selalu berterbangan di sore hari kini tertutup rapat, dari celah lubang angin pun dapat dilihat bahwa di luar sana sudah terlihat gelap.
"Yui cari apa?"
Yui menoleh ke arah kiri, diperhatikannya meja kecil yang berada di dekatnya. Begitu tersusun rapi, dengan piringan besi yang berisi makanan rumah sakit, sebungkus obat-obatan, serta...
Yui mengernyit, ada kotak kaca di atas sana? Sungguh, indah sekali, terlebih lagi melihat bintang-bintang tersebut bergantungan di dalam kotak kaca tersebut, terasa begitu damai. Perlahan kedua sudut bibir Yui terangkat, sepertinya isi mading sudah hampir jadi, tidak disangka Senior juga masih ikut melibatkannya meskipun di dalam kondisi seperti ini.
Yui menelan ludah. Menyadari keponakannya kehausan, perempuan paruh baya itu menopang tubuh Yui dengan sebelah tangan untuk duduk sejenak. Sedotan air mineral di letakkan di dalam botol, sambil memegangnya, perempuan itu mengawasi Yui yang tengah menghisap minuman itu dengan pelan.
"Uhuk! Uhuk!"
"Yui!" panggil perempuan paruh baya itu meninggi, diusapnya punggung Yui dengan cepat, meletakkan kembali botol di atas meja. Suara tersedak masih saja tak kunjung hilang, Yui memejamkan mata seraya mencengkram leher sendiri berharap agar batuk itu dapat berhenti.
Perempuan paruh baya itu menyodorkan kantong di hadapan Yui, begitu dekat bahkan hanya beberapa senti dari pandangan gadis itu. "Muntahkan Yui."
Yui menggeleng. Perempuan paruh baya itu mencengkram bahu Yui dengan erat, mengangguj. "Enggak apa, Yui enggak usah takut, Tante ada di sini ya?"
Wajah pucat yang tampak memerah menahan sakit itu kini mengangguk, didekatinya kantong plastik itu beberapa senti dari wajah lalu mengeluarkan seluruh cairan dalam perutnya. Agak sulit memang, ada seperti suara tertahankan apalagi mengingat Yui yang sekarang sulit untuk menelan, bahkan gadis itu rela berhari-hari hanya memakan sedikit nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Dla nastolatków"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...