Na'asnya, untuk mendapatkan sesuatu terkadang kita harus mengorbankan salah satu.
-POLARIS-
...
Mungkin hal terindah dalam persahabatan di dunia ini adalah tidak saling meninggalkan, tidak ada saling memanfaatkan lalu pergi setelah salah pihak merasakan senang begitu saja. Persahabatan layaknya sebuah cinta di antara dua manusia. Klise memang, hubungan persahabatan dan cinta memang tidak asing lagi di telinga kita namun entah mengapa sulit bagi seseorang memahami arti persahabatan dan cinta yang sesungguhnya.
Bahkan Yui sendiri masih tidak mengerti apa arti cinta dan persahabatan, yang pasti seorang tidak akan saling meninggalkan, saling merangkul dan menerima persahabatan itu apa adanya. Karena setahunya persahabatan dan cinta seperti kita mengembuskan napas tidak dapat dilihat hanya saja dapat dirasakan.
Yui berjalan cepat, suara deras hujan masih saja terdengar kuat membawa bulir air yang jatuh dengan indah di setiap ujung payung berwarna merahnya.
Senior. Anak laki-laki itu masih saja berjalan cepat hingga berhasil membuat Yui kewalahan mengejarnya.
Brakk!
Mata bulat itu terpejam seketika. Refleks saja, pemilik suara ringisan itu memegang sebelah kaki dengan kuat. Bukan karena sakit, jika dibilang sakit mungkin bagian sikulah yang paling terasa. Tapi faktanya...
Yui menoleh semakin mencengkram kaki yang berbalut kaos kaki itu dengan kuat. Payung merah yang tadi digunakan kini melayang jatuh dengan jarak yang jauh beberapa meter darinya.
Seolah langit tidak berbaik hati, kaki ini juga sedang tidak baik menuruti keinginannya. Ayolah, dirinya hanya ingin mengejar Senior! Dirinya hanya ingin menanyakan apakah laki-laki itu baik-baik saja atau tidak! Dan yah... mungkin banyak lagi pertanyaan lainnya.
Yui memukul kaki kanannya dengan kuat. Mati rasa, lagi-lagi hal semacam itu menghantui tubuhnya. Menyebalkan, dengan tangan bergetar gadis itu memukulnya kembali jauh lebih kuat.
Hujan masih tampak lebat, berhasil membuat rambut hitam itu tampak basah. Bukan hanya rambut, mungkin seluruh pakaian yang ia kenakan kini tidak lagi segan tertimpa hujan. "Tolong," Yui sedikit menggumam, menggigit bibir bawah dengan erat. Sedikit berharap semoga kaki ini menuruti keinginannya sebentar saja.
Yui memejamkan mata, dicengkramnya pergelangan kaki kanan itu dengan erat, semoga dapat merasakan sakit maupun tetesan hujan mengguyur tubuhnya dengan cepat.
Bisa. Perlahan kedua sudut bibir Yui terangkat puas, dengan pelan gadis itu mencoba menggerakkan pergelangan kakinya lalu berdiri, meraih payung yang jatuh menengadah seperti tengah menampung air hujan di atas sana.
Senior.
Entahlah hanya itu yang ada di pikirannya. Aneh memang, di saat seperti ini ia malah memikirkan Senior bukan kenapa kakinya yang mendadak mati rasa. Yui berjalan lambat sebelum benar-benar bisa berjalan seperti biasanya. Meskipun Yui akui, dirinya tidak yakin bisa mengejar Senior sekarang, jika seperti biasa saja cowok itu berjalan cepat maka sekarang pasti dirinya sudah ketinggalan 'kan?
Beruntung jika dirinya bertemu Senior yang tengah menunggu bus di halte gang, jika tidak?
Sepatu putih yang tampak kotor itu terhenti seketika. Yui menghentikan langkah, mencengkram tangkai payung dengan erat, memerhatikan seseorang yang tak jauh darinya.
Terlihat kabur karena rintikkan hujan yang tak bisa lagi dibendung. Yui menyipitkan mata menyesuaikan pandangannya. Tampak punggung tegap anak laki-laki berjalan pelan, semakin pelan seraya menunduk, mencengkram sandangan tas dengan erat tampak bergetar.

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Fiksi Remaja"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...