Hei Senior,
Bagiku diam adalah caramu berbicara. Kamu seolah berkata bahwa telah kehilangan arah.
Dan dalam heningnya pula, kamu seolah berteriak, meminta bantuan untuk ditemukan pada cahaya.
-POLARIS-
...
Kupikir semuanya akan baik-baik saja.
Dalam seumur hidupnya, Yui tidak akan pernah percaya pada kalimat 'semua-baik-baik saja'. Tak ada hal baik semurni susu sapi di dunia ini, bahkan untuk meminum susu sapi saja kita harus memastikan apakah sapi itu benar-benar berada di dalam kondisi yang sehat atau bukan. Jika tidak? Yah, sepertinya harus dipikir berulang kali.
Sudah dipastikan tidak ada kata baik di dalam dunia yang fana. Kalimat baik-baik saja hanyalah sebuah kalimat penenang untuk orang yang tengah berada di dalam masalah. Dimana untuk menenangkan hati yang merasa ragu dan takut untuk menghadapi hari yang baru.
Ya, mungkin seperti itu.
"Yash! Selesai!"
Yui merenggangkan tubuh, tampak kedua mata bulat itu menyipit senang, begitu juga dengan setiap sudut bibirnya yang terangkat puas seraya kembali menyusun deretan spidol warna warni di dalam kotak pensilnya.
Sudah selesai dirinya membuat rancangan mading di siang ini dan Yui yakin ini akan menjadi mading terhebat yang pernah dipajang di sekolah.
Mading tiga dimensi. Sungguh, ingin rasanya Yui berteriak kegirangan sekarang. Ya! Dirinya berhasil membuat gambar rancangan sesuai dengan apa yang ada di imajinasinya. Dengan bentuk hamparan bukit yang begitu luas, dihiasi dengan rerumputan yang begitu lebat, dan berbagai macam bentuk bintang yang bergantung di atas kotak kaca sana.
Belum lagi bila ditambahkan dengan pewarna yang bisa bercahaya dalam gelap pasti... ahh! Yang pasti dirinya sudah tidak sabar lagi!
Yui menyengir, sekali lagi gadis itu meraih kertas yang baru saja dilukisnya dengan semangat.
"Hei hei," panggil Yui menoleh belakang, memerhatikan segerombolan siswi yang sedari tadi tengah seru berbicara. Entah apa yang dibicarakan, yang pasti Yui sudah cukup senang begitu melihat cewek-cewek itu diam dan memerhatikannya sebentar saja.
Yui mengulurkan kertas rancangan dengan semangat. "Menurut kalian gimana rancangan mading ini?"
Sekitar sepuluh siswi itu mengangguk, tanpa berbicara dan tanpa ekspresi mereka memerhatikan gambar berbentuk kubus dengan beberapa hiasan yang disodorkan Yui.
Yui memiringkan kepala. "Bagus? Tidak?"
Para siswi itu mengangguk singkat lalu larut kembali dalam kegiatan. Bibir bawah Yui terangkat, membalikkan badan, berusaha mungkin membiarkan suara-suara nyaring itu berbicara tanpa jeda di belakang sana. Baiklah, Yui tersenyum puas, mungkin saking bagusnya cewek-cewek itu tidak dapat mengungkapkannya dengan lisan.
Dan sekarang, ia harus menunjukkan kepada satu orang lagi.
Ya, Senior datar itu!
Tanpa basa-basi lagi Yui berlari. Percayalah di antara kelas lainnya, maka kelasnyalah yang benar-benar beruntung. Di sekolah yang bertingkat tiga ini hanya kelasnya berhadapan dengan kelas 3 dan itu berarti dirinya tidak perlu naik turun tangga seperti kelas dua yang berada di lantai bawah.
"Senior!"
Yui menyengir, melambaikan tangan dengan cepat. Tampak laki-laki yang tengah duduk di koridor kelas itu masih saja menunduk, tenggelam dengan bacaan di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Jugendliteratur"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...