Jangan menganggapku baik karena sesungguhnya aku tidaklah sebaik itu. Jangan pula menganggapku jahat karena aku tidaklah sejahat seperti apa yang ada di pikiranmu.
Aku ingin dianggap biasa saja. Meskipun menyakitkan, aku hanya ingin seperti angin yang berhembus sejenak lalu pergi tanpa meninggalkan jejak.
-POLARIS-
...
Setiap manusia memiliki sisi menyenangkan tersendiri. Mungkin ada yang terlihat begitu mudah, seperti hanya berbicara sebentar saja tapi sudah terasa dekat. Namun ada pula yang malah sebaliknya, harus membutuhkan waktu yang lama untuk berkenalan. Seolah seperti tengah menghadapi ujian, harus melewati berbagai macam rintangan sebelum mencapai titik keberhasilannya.
Dan pada akhirnya, dirinya seorang Yui menemukan sisi menarik dari Senior.
Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum senang, menutup jendela kamar dengan kuat seraya menghempaskan tubuh di tempat tidur dengan cepat. Langit yang tadinya jingga kini tampak begitu gelap, malam semakin larut dan membuat siapapun orang ingin menghentikan aktivitasnya dengan cara tertidur.
Menyenangkan. Sungguh hari ini sangat menyenangkan.
Berada di bus, mengelilingi taman seraya mencoba berbagai macam permainan di stand sekitar taman, lalu makan es krim seraya menikmati pemandangan langit senja benar-benar hal yang tak ingin ia lupakan dalam seumur hidupnya.
"Yash!" Yui membuka scrapbook kembali. Diperhatikannya foto-foto yang berada di kertas berwarna kecokelatan itu begitu juga dengan tulisan berbagai bentuk di sana. Menarik dan indah apalagi dengan background matahari senja. Mungkin Senior benar, dirinya seperti anak kecil, begitu cepat penasaran dan begitu mudah kagum dengan hal kecil.
Yui tertawa pelan. Perlahan jari-jari lentik itu menyentuh foto dirinya bersama Senior. Ketika sedang duduk di dalam bus perjalanan pulang, Senior yang Yui kenal sekarang seolah berbeda. Pemilik wajah bundar itu tidak lagi seperti biasa. Ah! Atau mungkin memang inilah kebiasaan laki-laki itu yang sesungguhnya.
Tak ada lagi wajah datar dan sorot mata sekali pandang dari Senior. Mungkin mata bundar itu memang terlihat sayu, namun sorot mata itu seolah menunjukkan sebuah kebahagiaan yang tiada terkira, tampak begitu bahagia dan tulus. Ya, bukan lagi sebuah senyuman yang penuh dengan rasa kebohongan ataupun wajah datar untuk menutupi rasa sakit yang pernah ada.
🍁🍁🍁
"Senior duduk di sampingku ya?!" ajak Yui, meraih lengan jaket Senior seraya menarik laki-laki itu menuju bangku bus yang berada di tengah, tidak terlalu depan begitu juga tidak terlalu di belakang.
Senior menurut, mendaratkan tubuhnya di bangku bersamaan dengan Yui yang duduk di samping jendela seraya menurunkan tas sandang yang bergantung di bahunya. "Kau takut ketiduran lagi?" tanya Senior.
Bus mulai terasa bergetar, mesin dihidupkan, berjalan lambat sebelum berjalan dengan tenang. Yui yang diam-diam memandang Senior melalui pantulan kaca jendela kini menoleh belakang. Laki-laki itu mengangkat kedua alis. Yui terdiam sejenak, sebelum menggeleng, tersenyum lebar. "Tentu saja tidak. Aku sudah tidak ngantuk lagi. Aku hanya merasa senang kalau berada di samping Senior."
Bibir bawah Yui terangkat, mencoba berpikir. Mungkin bagi Senior dirinya bukanlah orang yang bisa diam, tapi percayalah hanya dengan orang tertentu saja dirinya seperti ini. Ya, dirinya akan menjadi orang yang begitu mudah melanjutkan pembicaraan sederhana menjadi pembicaraan yang begitu panjang.
"Senior itu hebat," gumam Yui. Baru saja suara bass itu ingin menyela. Buru-buru Yui menggeleng. "Bukan aku ingin memujimu tapi memang seperti itulah faktanya. Satu kebahagiaan bagiku bisa bertemu dengan Senior."

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Fiksi Remaja"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...