PART 6

879 81 6
                                        

Semakin seseorang bertumbuh dewasa, semakin banyak pula pengalaman pahit yang dialaminya. Oleh karena itu, maka tidak menutup kemungkinan bahwa secepat mungkin manusia akan berubah.

Entah itu menjadi baik atau sebaliknya, yang pasti tergantung pada pilihan manusia itu sendiri.

-POLARIS-

...

Beruntunglah dunia itu adil, meskipun tidak semua orang dapat merasakan keadilannya. Ada beberapa orang menganggap bahwa seimbang ketika dunia berubah menjadi putih ataupun hitam seluruhnya. Bukan menjadi hitam dan putih yang dicampur menjadi abu-abu. Padahal keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Seperti halnya kesedihan dan kebahagiaan. Tanpa mengenal kesedihan, kata bahagia akan kehilangan makna, dan tanpa merasakan kebahagiaan maka seseorang akan menjadi hancur ditelan oleh masa.

"Yash!"

Yui tersenyum puas, gadis bermata bundar itu menyibakkan kedua tangan dengan cepat seraya memerhatikan kotak bekal di hadapannya. Kotak bekal berwarna merah muda dan biru, meskipun hanya berukuran sedang namun Yui yakin isi dalamnya dapat mengganjal perut ketika jam istirahat.

Perlahan bibir bawah gadis itu terangkat, bangkit dari bangku, berdiri di ambang pintu kelas.

Koridor tampak hening begitu juga dengan kelas seberang yang masih tampak sepi. Wajar saja, hari masih terlalu pagi dan dirinya sudah terlalu bersemangat datang hingga menyamakan jam datangnya penjaga sekolah ini.

Tak ingin memperlambat waktu, secepat mungkin Yui menyambar kotak bekal biru lalu menuju kelas seberang.

Kelas Senior? Ah, tentu saja iya. Dan satu-satunya tujuan Yui datang ke kelas ini bukan hanya ingin membicarakan tentang mading saja, mungkin lebih tepatnya ingin meminta maaf. Maaf karena telah membuat keributan di perpustakaan kemarin. Maaf karena dirinya sudah terlalu berisik, dan maaf lagi apabila selalu mengganggu Senior itu.

Meskipun Yui yakin dua hal terakhir itu pasti akan ia perbuat kembali.

Tok... tok...

"Permisi."

"Ya?" Suara sahutan terdengar begitu lembut. Dari dalam kelas, tampak salah seorang cewek dengan rambut sepinggang itu menoleh. Tangan yang tadi sibuk memegang dua sisi novel kini ditutup, memerhatikan arah pintu.

Kedua sudut bibir Yui terangkat, memerhatikan seseorang di dalam kelas. Tampak sendirian, tipikal kakak kelas yang begitu rapi, dengan rambut tergerai indah, dan baju yang tidak dibiarkan kusut sedikitpun.

Perempuan itu membalas senyum.

"Boleh masuk?" tanya Yui.

Perempuan itu mengangguk.

Yui melangkah masuk, memerhatikan setiap sudut kelas. Angin pagi berhembus kencang berhasil membuat tirai putih kelas berterbangan, bukan hanya itu matahari yang baru saja naik seolah menyinari setiap sudut ruang kelas. Berhasil membuat ruangan ini terlihat terang.

Yui menggumam. Memerhatikan puluhan meja cokelat yang berderet rapi memenuhi kelas. Untuk orang seperti Senior mungkin laki-laki itu akan memilih bangku paling sudut depan, di samping jendela yang apabila suntuk dapat melihat pemandangan.

Bukankah Senior seperti itu? Selalu mengagumi setiap pemandangan alam yang berada di sekelilingnya?

"Cari siapa?" tanya perempuan itu. Mengangkat kedua alis, memerhatikan Yui dengan pandangan lembutnya.

"Meja Senior," jawab Yui langsung. Masih saja sibuk menebak dimana tempat duduk makhluk dingin seperti Senior.

Gadis itu mengernyit. "Senior?"

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang