Hei Senior,
Maaf, sepertrinya aku menulis surat ini karena aku memang akan pergi. Proses hidupku sepertinya pendek sekali. Huh aneh, padahal dulu aku sempat berpikir untuk apa aku hidup? Untuk apa manusia hidup di muka bumi ini meskipun pada akhirnya nanti juga akan pergi?
Aku lemah sekali ya? Ahaha... tidak apa, aku tidak akan pernah menjadi kuat jika belum pernah berada di titik terendah. Sama seperti dirimu, yang tidak pernah tahu betapa pentingnya kehadiran seseorang jika belum pernah merasa kehilangannya. (Mendadak aku merasa menjadi orang yang paling kejam ketika membaca paragraph ini.)
Senior...
Makasih atas hari-hari yang kau berikan untukku, meskipun ini singkat tapi menarik sekali lho. Ahaha... aku selalu tertawa ketika mengingat Senior, aku merasa bahagia dan tenang apalagi ketika menjalani pengobatan, ya meskipun awalnya terasa mengerikan namun rasa itu berubah menjadi menyenangkan jika membayangi ada Senior disini.
Senior hebat sekali ya? Tapi sayang, Senior sendiri tidak bisa melihat kehebatan itu.
Jika aku pergi, kuizinkan Senior untuk bersedih, meskipun rasanya sakit tapi bukankah akan menjadi jauh lebih sakit bila aku memaksa Senior untuk berpura-pura terlihat tegar? Senior hidup dengan kepura-puraan, tersenyum hangat dengan sorot mata yang sedih, tertawa lepas meskipun hati terasa pedih. Aku tidak suka Senior yang seperti itu.
Aku suka dengan Senior yang apa adanya, meskipun hingga akhir seperti ini aku tidak pernah mengetahui seperti apa diri Senior yang sesungguhnya. Yah, setidaknya melihat Senior mau membuka sedikit hatinya saja itu sudah cukup menyenangkan.
Hadapi ketakutan itu Senior, hadapi rasa sakit itu seperti aku. Entah seperti apa akhirnya, yang pasti sebagai manusia kita tidak dilahirkan untuk lari dari rasa sakit 'kan? Apa Senior ingat? Pertemuan kita karena saling membutuhkan bukan? Aku membutuhkan Senior begitu juga Senior yang membutuhkanku.
Kehadiran Senior menyadarkanku bahwa seseorang yang sendirian tidak selamanya ingin hidup dalam kesendirian. Dan kehadiranku? Ya, mungkin aku diciptakan seperti ini agar bisa menjadi pelajaran untukmu. Aku harus mengajarkanmu bahwa ketulusan itu ada, persahabatan itu ada, dan cinta itu ada.
Bersama Senior, aku yang berjalan di titik akhir kehidupan ini akhirnya mengerti apa tujuan hidupku yang sebenarnya. Dengan adanya diriku, Senior mencoba belajar untuk membuka hati dengan seseorang, dengan adanya diriku Senior yang mencoba percaya bahwa kasih sayang, perhatian, kehangatan itu tidak ada pada akhirnya menjadi ada 'kan? (Biarkan aku memarmerkan diri sebentar).
Senior, kehadiranku memang menyakitimu, aku seperti orang tidak tahu diri yang membuka luka-luka itu kembali. Tapi bukankah itu lebih baik? Dengan luka yang terbuka kau harus mencoba menyembuhkannya dengan sungguh-sungguh, kau harus mencari cara baru untuk menyembuhkannya. Oh ya! Menurut Senior, kebahagiaan itu seperti apa? (Terserah mau menjawabnya kapan, aku akan terus menunggu jawabannya sampai Senior tua.)
Apa Senior bahagia bersama diriku beberapa bulan ini?
Kalau aku sih bahagia, saking bahagianya aku hanya bisa memandangmu dengan kagum seperti disaat kau menggendongku waktu itu. Tidak perlu berjalan begitu cepat ataupun lambat, Senior harus berjalan mengikuti langkah hati Senior. Sembuhkan masalah Senior pelan-pelan ya?
Tidak masalah bila manusia seperti kita bersedih.
Tidak masalah bila manusia seperti kita menangis.
Semuanya tidak masalah, asalkan kita bisa bangkit lagi.
Di masa depan nanti aku mau lihat senyum Senior yang sesungguhnya, senyuman lebar dengan perasaan bahagia yang sesungguhnya. Oh ya, sepertinya ada kalimat yang belum pernah aku ucapkan pada Senior. Aku takut jika mengucapkannya malah akan membuat Senior kerepotan. Ya, kerepotan harus menjadi orang yang seperti apa.
Karena yang aku tahu hanya satu...
Aku sangat menyukai Senior.
#P.S : Oh Ya Senior, Setelah aku pergi apa Tanteku ada datang menemuimu?
____
Thank's for reading. I hope you enjoy it!
Makasih atas dukungannya semua ^^/#Epilog versi revisi diubah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...