Mungkin memang benar, pertemuan kita karena saling membutuhkan. Aku membutuhkanmu begitu juga kamu membutuhkanku. Namun ketika rasa itu berubah menjadi aku menginginkan kehadiranmu? Ya, disaat pula kamu pergi...
Meninggalkanku.
-POLARIS-
...
Mungkin jauh lebih indah bila rasa cinta hadir tanpa ikatan. Cinta bisa tumbuh di saat kapan saja dan sebagai bentuk apa. Bukan hanya sebagai pacar namun juga bisa berupa sahabat, teman ataupun keluarga. Bisa jadi rasa cinta tanpa ikatan itu jauh lebih besar, nyaman, dan tanpa diketahui oleh orang yang kita cintai tersebut.
Kedua sudut bibir Yui terangkat, gadis dengan jaket putih dan celana biru mudanya itu tak henti memerhatikan Senior di sampingnya.
Senior yang Yui lihat sama seperti Senior yang biasanya. Tidak ada yang berubah, mata bundar itu tampak terlihat tenang dengan ulasan senyum lembut menghiasi wajah bundarnya.
Mobil abu-abu berjalan melintasi jalanan. Di bangku belakang tampak Yui menyandarkan punggung memerhatikan pemandangan langit jingga yang menyelimuti senja. Terlihat begitu indah dan suram dalam waktu yang bersamaan.
Seperti perbatasan siang dan malam. Kebahagiaan dan kesedihan, keceriaan dan kemuraman yang ditunjukkan dalam waktu bersamaan.
"Taman bermain Yui?"
Yui mengangguk, menjawab pertanyaan dari bangku kemudi. Sungguh, Tante benar-benar overprotective kepadanya. Bahkan untuk bermain saja sampai repot-repot meminta tolong salah satu perawat untuk menjaganya.
Kedua sudut bibir Yui terangkat, mata bulat itu menyipit senang seraya memerhatikan Senior yang dibaluti dengan kemeja kotak birunya. "Iya 'kan Senior?"
Laki-laki itu mengangguk kuat, sekali anggukan. "Ya," gumam Senior.
Mobil terhenti. Yui memerhatikan luar melalui jendela mobil begitu juga Senior. Taman bermain tampak begitu indah, dipenuhi pengunjung serta suara tawa anak kecil dan berbagai macam makanan di sepanjangn halaman.
Mata Yui berbinar, tanpa sadar jajri lentik itu mencengkram lengan baju Senior. Senior menoleh, mengangkat kedua alis memerhatikan mata Yui yang terlihat tidak sabar. Pintu mobil dibuka. Yui menoleh kanan kiri, mencari lipatan kursi roda. Nihil, jangankan kursi roda, kedua tongkat yang membantunya untuk berjalan saja tidak ada. Jadi bagaimana?
"Yui."
Yui menoleh, tampak Senior merundukkan tubuh, memunggungi Yui di depan pintu mobil. "Naik punggungku."
Naik? Yui menggeleng pelan. Yang benar saja? Dirinya sudah berjanji tidak akan menyusahkan Senior apabila pergi nanti. "Tapi aku tidak mau me..."
"Aku tidak merasa direpotkan," potong suara bass itu secepatnya lalu menoleh belakang, tersenyum lembut. "Ayo."
Yui mengulum bibir, mengangguk. Untuk dua jam ini tidak hentinya Yui memerhatikan Senior dari balik punggung tegap itu, penuh dengan tatapan kagum sekaligus terharu untuk abang kelasnya itu. Senior yang pendiam, tidak peduli, dan cenderung menarik diri ternyata mempunyai sifat seperti ini. Yui yakin, siapapun yang akan berpasangan dengan Senior di masa depan nanti pasti akan bahagia sekali.
"Senior..." panggil Yui. Dijawab gumaman 'hm' oleh Senior dengan santai, Yui memegang bahu laki-laki itu dengan ragu. Mencoba mengeluarkan suara. "Senior tidak lelah?"
Senior menggeleng, berjalan melewati bundaran air pancur lalu berhenti memerhatikan atraksi badut dengan balonnya dari jauh. "Sama sekali tidak. Aku malah lelah kalau kau menjauhiku."

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...