PART 26

440 52 11
                                    

Tersenyumlah bagaimana pun keadaannya. Karena suatu saat nanti, ketika ragamu sudah menghilang dari dunia ini maka senyummu akan begitu berkesan di lubuk hatinya.

-POLARIS-

...

Setiap orang pernah berada di titik jenuh, dimana titik yang membawa dirinya seolah begitu kosong, dan tidak merasa apa-apa. Begitu juga Yui, mungkin kali inilah dirinya berada di titik yang begitu membosankan itu, dimana kita harus menahan diri untuk tidak merasa kacau dan mengangap semuanya berjalan biasa saja.

"Apa tidak apa-apa di hari liburmu kita menyelesaikan mading kita?" tanya Senior, menunduk masih sibuk berkutat dengan minatur bintang yang baru saja dilipatnya. "Wajahmu pucat beberapa hari ini, kau juga sering tidak masuk sekolah, sebenarnya ada apa?"

Tak ada jawaban dari Yui, gadis itu masih saja sibuk memerhatikan mading di dalam kotak kaca itu seraya menerawang. Sungguh dirinya sedang tidak selera untuk melakukan apa-apa sekarang. Membuat mading, mengobrol bahkan bertemu dengan laki-laki ini pun rasanya...

Bola mata Yui terangkat, memerhatikan laki-laki di hadapannya, pemilik wajah bundar itu tampak serius dengan kegiatannya sesekali mengulum senyum dengan lembut bersamaan dengan sorot mata teduhnya. Terlihat begitu menenangkan, dan seingat Yui ketika ia membuka ulang buku hariannnya disana ia mengatakan bahwa dirinya mencintai laki-laki ini.

Cinta? Jatuh cinta? Dari segi mana?

Ah, ingatannya benar-benar payah.

"Yui..." Kedua alis Yui terangkat, cowok itu meraih segelas jus jeruk lalu meneguknya. "Kau ada gunting? Boleh aku pinjam?"

"Gunting?" tanya Yui heran, memiringkan kepala.

Senior itu mengangguk yakin sambil memeragakan dengan jarinya yang berbentuk v menyamping. Rasa heran dapat diakui bercampur dengan suara bass itu. "Iya gunting, untuk memotong kertas ini."

"Ah!" Yui menjentikkan jari, wajah yang sedari tadi menahan penasaran kini mendadak cerah. Bola mata bulat itu tampak begitu semangat. "Gunting untuk memotong kertas itu ya?"

"Hah?" Belum sempat Senior bertanya penasaran, secepat mungkin Yui bangkit dari duduknya meninggalkan ruangan tengah sejenak. Yui akui mungkin cowok itu tengah bingung dengan tingkah lakunya dan percayalah pemilik tubuh ini pun juga tidak mengerti kenapa bisa seperti ini.

Dirinya seolah sulit mengingat hal-hal besar maupun kecil, sulit mengatur kegiatan, dan...

Yui mengernyit, mendadak gadis itu mengangkat kedua tangan ke atas kepala seraya mengedarkan pandangan memerhatikan setiap sudut penjuru kamar. Nuansa berwarna krim dengan jendela yang memantulkan cahaya matahari dan warna berbagai perabotan rumah yang tampak begitu pucat.

Dirinya ke tempat ini mau mengambil apa tadi?

"Ambil apa?" tanya Yui seolah berbicara sendiri, dicengkramnya ujung rambut dengan erat seraya memukul kepala itu dengan pelan. Berharap semoga isi di dalam kepala sana dapat bekerja kembali dengan normal tanpa harus menyusahkan dirinya seperti ini.

"Ayo aku harus ingat mau ambil apa tadi," ucap Yui memejamkan mata, direbahkan tubuh untuk duduk di atas tempat tidur itu sejenak seraya memerhatikan meja kecil di sampingnya. Apa mungkin buku?

Dengan setengah ragu, Yui mencondongkan tubuh, meraih buku kecil bersampul biru muda itu. Entah untuk berapa kali dirinya membaca serta melihat foto yang tertempel disana, buku memang terlihat tebal, penuh dengan catatan harian maupun jadwal kegiatan. Tidak! Secepat mungkin Yui menepis pikirannya, dirinya menuju ke kamar pasti bukan ingin mengambil barang ini.

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang