Aku mencintai sebuah proses, di dalam sana aku banyak mempelajari suatu hal. Bertemu dengan orang, berbicara dengan mereka, disakiti, menyakiti, membahagiakan serta dibahagiakan. Sungguh membuatku terasa lebih hidup.
-POLARIS-
...
Tak bisa dielakkan lagi, setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Namun bukan berarti ketika hidup manusia tidak dapat berbuat apa-apa, hanya bisa pasrah seolah menunggu waktu kematian. Di dalam perjalanan awal dan akhirnya, manusia diberi satu kesempatan-atau mungkin banyak-agar kita dapat memilih. Memilih untuk pergi seperti apa.
Bukan berupa kecelakaan atau penyakit. Tidak, itu kita tidak bisa memilih. Mungkin kita hanya bisa memilih ingin meninggalkan kesan seperti apa. Meninggalkan kesan yang baik atau tidak, ingin menjadi inspirasi bagi seseorang atau sebaliknya, dan ingin menyenangkan sekeliling ataukah tidak.
Indah memang. Di dalam prosesnya, manusia diberi hak untuk memilih, ingin menjadi manusia seperti apa dan menjalankan hidup seperti apa.
Duk!
Bola dengan garis berwarna biru, putih, kuning itu melambung tinggi. Sesekali suara benturan antara tangan maupun lantai terdengar kuat di dalam gedung olahraga sekolah.
Kedua mata bulat Yui terangkat. Gadis yang tengah meluruskan kedua lengannya itu tak henti mengerjap memerhatikan pergerakkan bola di atas sana. Kanan kiri, naik dengan cepat dan turun dengan cepat membuatnya waspada.
Bola berhasil dipassing. Yui tersenyum puas. Hebat, meskipun rasanya norak sekali tapi setidaknya ini adalah passing terbanyak yang ia lakukan selama ini. "Harus dua puluh," gumam gadis itu lagi seraya merapatkan kedua lengannya, memantulkan bola ke atas kembali.
Sesuai dengan ucapannya kepada Senior, dirinya akan mencoba mengikuti turnamen voli itu. Yah... meskipun rasanya buruk tapi setidaknya ia telah mencoba.
Duk!
Bola melambung tinggi, bergerak tanpa kendali. Tanpa memerhatikan kiri kanan, pemilik sepatu itu terus berjalan mundur, mendongak seraya kemana arah bola itu turun.
Jauh...
Yui tidak berkedip, masih dengan kedua lengan direntangkan, gadis itu memerhatikan arah bola yang hampir mendarat.
Selangkah...
Dua langkah...
"Ah!" Tubuh Yui limbung seketika, mendadak saja kaki kiri itu menginjak kaki kanannya dengan kuat, membuat tubuh kecil itu hilang keseimbangan seketika dan...
Brugg!
Jatuh membentur lantai aula dengan mulus. Suara ringisan tidak dapat dihindarkan lagi, bola memantul tidak jauh dari belakang gadis itu. Seolah seperti ingin bermain dengannya, bola yang berhasil membuatnya terjatuh kini menggelinding ke arahnya.
Payah.
Yui mengggigit bawah bibir seraya memerhatikan bola itu dengan geram. Heran, kenapa baik tubuh maupun bola ini tidak dapat ia kendalikan? Kenapa tubuh ini tidak mencoba bersikap normal seolah dirinya sehat-sehat saja? Ya, bukan payah seperti ini.
Tak cukup dengan kondisi fisik yang semakin hari semakin tidak bisa diandalkan, kaku, baik mulai kaki lalu tangan seolah membiarkan diri ini lumpuh lalu belum lagi suatu saat nanti ingatannya akan pudar secara perlahan.
Ya, perlahan-lahan ia akan melupakan semuanya meskipun tidak pernah terpikirkan di benaknya untuk melupakan hal terpenting dalam hidup. Kenangan, entah itu baik atau buruk, entah itu membahagiakan atau tidak yang pasti Yui ingin terus mengingatnya, tidak akan pernah ia ingin melupakannya apalagi ketika melewati hari-hari di sekolah ini bersama...
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...