Hal paling menyenangkan di dunia ini adalah ketika kamu bisa berbicara dengan manusia, berbicara dengan normal hingga dapat menyentuh serta melindungi hati seseorang.
Hal paling menyakitkan adalah ketika bertemu dengan manusia, ketika banyak terjadi kesalahapahaman, serta rasa iri yang tak tertahankan.
Dan hal terakhir yang paling mengerikan dari manusia adalah ketika mereka mengenakan sebuah topeng dalam menjalani hidupnya.
-POLARIS-
...
Tak ada hal yang sempurna di dunia ini, termasuk manusia. Namun entah kenapa manusia cenderung menginginkan sebuah kesempurnaan. Enggan menerima kekurangan dan masih saja menuntut apabila diberi sebuah kelebihan.
Apa ini yang dinamakan sifat alamiah? Jika iya, apa mungkin manusia itu dapat memperbaiki sifatnya sendiri?
Mungkin iya dan memang terasa sulit ketika sedang mencoba melakukannya, ada begitu banyak rintangan dan hambatan yang membuat kita seakan berhenti bernapas. Tapi selama kita tidak menyerah Yui yakin pasti hasilnya tidak akan seburuk itu.
Ah! Bukan tidak seburuk itu. Namun terasa indah, ringan, dan begitu menyenangkan.
Ya, seperti itu.
"Senior!!" Yui, gadis dengan jepitan pita di rambutnya itu kini melambaikan tangan dengan kuat. Seperti biasa, gadis itu memamerkan gigi putihnya seraya berlari kecil menghampiri seseorang dengan panggilan 'senior'-nya.
Langkah Yui terhenti, secepat mungkin gadis itu melepaskan tas sandangnya lalu mendaratkan tubuh di bawah pepohonan besar tepat taman belakang sekolah. Perlahan Yui mengembus napas panjang, disandarkannya punggung ke arah pohon ketapang seraya mendongak memerhatikan serabut putih yang menghiasi langit senja sana. Sekolah sudah tampak sepi, angin sore berhembus kencang berhasil membuat dedaunan kering pohon ketapang jatuh secara bersamaan.
Satu hal yang bisa Yui pelajari beberapa minggu ini adalah jangan terlalu berharap, mulai jangan berharap senior itu akan mendengar pembicaraannya maupun membalas sapaannya.
Untuk sekian kalinya Yui menoleh, memerhatikan seseorang di sampingnya. Senior, laki-laki itu masih saja sibuk dengan bacaannya. Tidak tahan lagi, Yui memasang wajah datar, melepaskan headset di sebelah telinga laki-laki itu dengan kasar.
"Senior!"
Laki-laki itu menoleh. Menyebalkan, ingin rasanya Yui mendengus sekarang. Seolah tanpa rasa bersalah, pemilik wajah bundar itu tampak begitu tenang seraya mengangkat sebelah alis tebalnya.
"Aku memanggilmu daritadi," jelas Yui, setengah kesal.
"Aku tahu," ucap laki-laki itu tenang, meluruskan sebelah kaki yang sedari tadi terlipat seraya membalikkan halaman bacaannya. "Suaramu cempreng, aku mendengarnya."
"Kalau dengar, harusnya kau membalas panggilanku, bukan mengabaikanku," Yui mendengus, tampak kedua pipi itu mengembung seketika dan tak lama dahinya mengernyit begitu beberapa menit setelah menyumbat sebelah telinga headset yang tadi disambarnya. "Ngomong-ngomong kau mendengar lagu apa? Sepertinya menikmati sekali."
Tak ada jawaban, laki-laki itu mengangkat kedua bahu lalu kembali larut dalam bacaannya. Bacaan yang sama, dengan judul yang sama, dan sudah dipastikan pula dengan isi yang sama.
"Senior?" panggil Yui heran, refleks saja gadis itu menepuk-nepuk bahu tegap Senior dengan kuat, berhasil membuat cowok itu mengalihkan pandangan meskipun tampak menahan kesal. "Lagu apa yang kau dengar? Kenapa aku tidak bisa mendengarnya? Ah! Atau jangan-jangan kau mematikan volumenya ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...