Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti.
-POLARIS-
...
Setiap manusia memiliki satu hal yang ingin ia lupakan dalam hidupnya, entah itu kenangan pahit atau kejadian yang dapat mengganggu kehidupannya sehari-hari. Yang pasti seseorang ingin melupakannya. Ya, sama seperti rasanya Yui ingin melupakan penyakit itu.
Mungkin tidak akan ada yang mengetahui dan Yui berharap tidak akan pernah ada yang mengetahuinya. Karena ini bukan suatu penyakit mudah dilihat gejalanya secara cepat. Perlahan namun pasti seperti Polaris, bintang yang paling terang di rasi Ursa Minor. Bintang yang paling bersinar namun akan ada saatnya ia perlahan redup lalu menghilang ditelan waktu.
Ya, sama seperti dirinya yang suatu saat nanti akan menghilang, perlahan namun pasti ia akan pergi menjauh dari kehidupan siapapun. Mulai dari ingatan, ia akan melupakan semua kenangan di setiap waktu. Tak cukup dengan ingatan, fisik ini juga seakan kaku dan nanti tidak akan dapat digerakan lagi.
Yui menahan napas. Gadis yang tadinya berjalan menyusuri koridor kelas itu kini menghentikan langkah, memerhatikan papan informasi di setiap sudutnya, tampak penuh seolah tanpa memberikan setiap sudut kosong di papan berlapiskan kaca itu.
Bukannya membaca, gadis itu menerawang tanpa berkedip memerhatikan pantulan dirinya yang tidak terlihat melalui kaca bening itu.
🍁🍁🍁
"Yui..."
Yui menunduk, diam-diam jari lentik itu mencengkram rok dengan kuat berharap dapat menghilangkan rasa takutnya. Entah untuk berapa kali gadis itu menahan napas begitu menyadari keadaan tubuhnya yang semakin tidak bisa diandalkan.
Mulai dari dirinya yang sering terjatuh begitu saja tanpa ada penyebab lalu ada beberapa bagian tubuhnya yang terkadang terasa kaku begitu saja, belum lagi mulutnya seakan terasa...
Yui menunduk, jari lentik itu menyentuh bibir bawah itu sejenak. Terasa sulit berbicara.
"Semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kita hanya harus rehabilitasi, supaya tubuhmu membaik ya?"
"Bohong," gumam Yui pelan, menelan ludah, menahan tenggorokannya yang mendadak terasa tercekat. 'Semuanya baik-baik saja' hanyalah sebuah kalimat pennang ketika seseorang di hadapkan suatu masalah yang begitu besar dan Tante baru saja mengatakan hal itu padanya.
"Aku tahu kondisi tubuhku semakin tidak membaik. Tante berusaha menyembunyikannya lagi 'kan?" tanya Yui menuntut. Tampak perempuan paruh baya dengan jas putihnya itu terdiam lalu tersenyum. Baru saja ingin berbicara, Yui kembali memotong."Aku yang merasakan penyakit itu, aku tahu kondisiku yang sebenarnya. Rehabilitasi dan obat-obatan itu hanya memperlambat kematianku saja 'kan?"
Gigi itu menggertak geram, perlahan mata bulat Yui semakin tampak berair seraya mencengkram rok jauh lebih kuat. "Tante tidak perlu bohong, aku bisa menerima semuanya. Tante bisa katakan yang sejujurnya tanpa harus cemas dengan perasaanku. Aku tidak akan bersedih dengan penyakit ini, aku hanya akan bersedih jika Tante harus berbohong untuk menutupinya dariku."
"Yui..."
Berusaha mungkin kedua sudut bibir gadis itu terangkat. "Tidak apa-apa. Aku ini kuat. Tante jangan meremehkanku hanya untuk hal-hal kecil seperti itu bukanlah masalah bagiku."
"Maaf tapi..." Perempuan paruh baya itu memalingkan wajah tampak wajah dengan ekspresi sedih yang tertahan itu kini meluap, suara isakan terdengar pelan, mata yang Yui lihat selalu bercahaya itu tampak redup sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Novela Juvenil"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...