Jangan memendam masalah sendiri, karena tak semua hal dapat kamu selesaikan hanya dengan seorang diri. Adakalanya kamu butuh berbicara, jujur pada perasaan, dan membutuhkan pemikiran dari orang lain.
-POLARIS-
...
Semua orang memiliki masalah, entah itu berat atau tidak yang pasti setiap orang akan diuji di dalam kehidupannya. Ada yang memilih untuk mengungkapkan dan ada pula yang memilih untuk memendam di balik ekspresi tawanya, terlihat senang, dan biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.
Hanya saja, ada beberapa orang yang menutup mata atas kenyataan tersebut, ada orang yang tidak menerima akan masalahnya dan mulai memandang bahwa orang lain lebih bahagia dibandingkan dirinya meskipun tidak pada kenyataannya. Ya, hanya ada dua jenis manusia di muka bumi ini, ada yang jujur dalam mengekspresikan suasana hatinya dan ada pula yang memendam segala jenis lukanya sendirian.
Yui. Gadis itu mengembus napas panjang, ditutupnya kedua mata seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
Ingat apa yang Senior katakan kepadanya? Ingat acara sekolah yang pernah Senior tawarkan kepadanya? Perjalanan antar ketua mading kelas?
Ya, acara itu, dan jujur saja Yui sendiri tidak menyangka bahwa dirinya bisa berjalan kaki hingga menuju bus ini.
Yui menggumam, mata itu semakin terpejam erat seraya menahan napas. Suara deruan bus biru berjalan sedari lima belas menit yang lalu, dan selama belas menit pula dirinya menahan rasa sakit yang menyerang salah satu anggota tubuhnya. Seperti ada benda berat menimpa kepalanya begitu kuat.
Sakit. Sebenarnya ingin rasanya Yui tidak datang hari ini. Tapi oh ayolah! Kalau ia tidak datang sama saja dirinya tengah menolak sebuah kesempatan, menolak untuk melihat pemandangan di taman kota dengan indah, menolak ajakan yang hampir tidak pernah diberikan oleh Senior untuknya dan menolak kesempatan bahwa dirinya bisa mengerjai laki-laki itu di taman nanti.
Beda, jika seseorang jauh lebih takut bila dihadapkan kenyataan yang berkaitan tentang akhir hidup manusia. Maka Yui jauh lebih takut ketika harus dihadapkan sebuah pilihan, takut ketika jika suatu saat nanti tanpa sadar ia menolak kesempatan terbesarnya.
Drrtt...
Hp bergetar di saku celana, setengah meronggohnya, Yui menggeser layar itu membentuk pola huruf Y lalu membuka pesan.
Senior
.Yui mengernyit, dialihkan pandangan ke kaca bus sejenak seraya merunduk, meraih satu buku notes yang terselip di belakang tas kuningnya. Mengabaikan pesan itu.
Senior. Yui menggigit bibir bawah sejenak seraya membalikkan halaman buku. Bukan novel dan bukan pula buku pelajaran, mungkin sejenis scrapbook dengan berbagai pita kecil dan foto seseorang yang selalu menghiasi setiap halaman buku.
Contohnya saja halaman yang ke tiga puluh ini, tampak laki-laki dengan punggung tegapnya tengah menunduk, duduk di koridor kelas seraya membaca buku di tangannya dengan tenang.
Senior menyebalkan. Meskipun begitu dia terlihat tegas. Senior yang hebat, dia tidak banyak bicara seperti senior lainnya yang kukenal. Hmm... tapi dia sendirian. Apa boleh aku menjadi temannya?
"Senior," Yui menggumam pelan, memerhatikan nuansa luar jalan raya melalui kaca jendela, bus berjalan dengan tenang seolah memberi ruang untuk menikmati setiap pemandangan alam yang yang berada di sekelilingnya. Jalan raya, perumahan, orang-orang yang berada di pinggir jalan.
Drrtt...
Hp bergetar lagi, Yui membuka pesan.
Senior
Balas pesanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Fiksi Remaja"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...