PART 13

617 55 5
                                        

Aku tahu bagaimana rasanya ketika kata maaf itu menjadi kata yang tak pernah tersampaikan.

-POLARIS-

...

Bunyi derasan hujan masih saja terdengar kuat, angin berhembus kencang membuat kedua anak itu terpaksa menunggu redanya butiran air itu dengan sabar. Hening, tak ada lagi yang memulai percakapan setelah itu. Bahkan Yui yang selalu mempunyai segudang topik pembicaraan kini ikut membungkam begitu mendengar ucapan Senior di sampingnya.

Dulu...

Entahlah lagi-lagi Yui teringat kata yang terlontar dari suara bass Senior. Cowok itu mengatakan sifat Senior yang dulu bukan seperti ini, bukan seperti Senior yang pendiam, menutup diri, dan bersikap tegas serta keras kepada diri sendiri.

Jadi kalau bukan seperti itu bagaimana sikap Senior yang sesungguhnya? Apa cowok itu pernah menjadi orang yang terbuka seperti dirinya? Menjadi orang yang banyak bicara dan tidak pernah diam sepertinya?

Entahlah, yang pasti Yui tidak yakin dengan pemikiran terakhirnya.

Lelah berkutat dengan pemikirannya secepat mungkin Yui meraih hp membuka salah satu video yang menjadi kesukaannya. Sedih, senang, bahkan ketika semua perasaan itu bercampur aduk di dalam batinnya ia akan melihat video ini dengan tenang.

"Senior..." panggil Yui menarik lengan laki-laki itu.

Mata bundar itu mengerling, tanpa suara.

Yui menepuk bahu Senior dengan kencang, gadis itu menyengir seraya mengancungkan hp di hadapan Senior. "Ayo kita nonton video! Hujannya juga belum reda 'kan?"

"Tidak," ucap suara bass itu datar, memandang halaman sekolah yang tampak basah dengan pandangan menerawang. "Aku tidak selera."

Bibir bawah Yui terangkat, menyenggol tubuh Senior dengan jari telunjuknya, berhasil membuat laki-laki itu semakin tersandar malas dari dinding tiang koridor sekolah. "Ayolah Senior."

"Aku tidak akan menonton film Cinderella atau sejenis film khayalan seperti itu."

"Ini bukan film khayalan!" jawab Yui mengembungkan pipi. Namun tak lama, gadis itu membuka video, menyodorkannya dengan semangat dari hadapan Senior. "Ini video klip lagu. Senior harus nonton. Aku selalu melihatnya setiap hari ketika suasana hatiku sedang baik, tidak, atau keduanya."

Senior mengembus napas jengah, setengah hati memerhatikan gadis di sampingnya. "Baiklah."

"Yey!" Yui berteriak girang, tanpa lagi menunggu aba-aba gadis itu menekan tanda play dari layar hp-nya.

Video berputar, lagu mengalun begitu lambat dengan penyanyi perempuan yang bersuara rendah. Indah? Yui mengakuinya. Baik dari lagu, video, maupun arti lirik lagu tersebut mengandung makna yang begitu dalam.

Mulai sekarang, hanyalah kenangan.

Kenangan yang begitu indah.

Mulai esok, aku sendirian.

Mulai sekarang, aku sendirian.

Dari video sana tampak anak kecil tengah menunggu seseorang yang begitu berharga baginya dari jendela rumah. Bus berhenti di sebuah halte dan menurunkan seorang pria paruh baya dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya.

Yui tersenyum senang memerhatikan Senior dengan semangat. Aneh, mendadak saja kedua alis Yui nyaris menyatu sebelum benar-benar mengalihkan kembali pandangan dari layar hp. Wajar bundar Senior tampak begitu tegang dan jika boleh Yui menebak mungkin ia akan mengatakan cowok itu tengah menahan napas mungkin?

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang