Ketika kamu merasa sendiri lakukan beberapa hal ini : keluar, pandangilah sekeliling, dan buka hatimu jauh lebih lebar lagi.
Dengan melakukannya kamu akan melihat begitu banyak hal, kamu akan sadar bahwa banyak orang yang tengah membutuhkan pertolonganmu ketika di dalam kesulitan.
-POLARIS-
...
Tidak banyak orang memahami bahwa orang yang pendiam bukan berarti selamanya menerima apa saja, tidak selamanya ia akan menerima disakiti, direndahkan, bahkan kehilangan harga diri. Mereka hanya tahu batas. Kapan batas untuk berbicara, kapan waktu untuk diam, dan lebih memilih untuk mendengar daripada meminta untuk didengar.
Dan satu hal lagi...
Mereka tidak berbeda, sama seperti manusia yang lainnya. Mereka butuh dihargai bahkan mendapat pengakuan dari sekeliling.
"Minggir."
Yui melangkah ke arah kanan, lalu membalikkan badan, mengekori Senior yang baru saja menaruh buku-buku di rak ke dalam troli lalu menuju meja petugas.
"Senior..."
"Jangan ganggu aku, aku mau tenang hari ini," ucap suara bass itu datar, memindahkan satu persatu buku di troli ke meja petugas seraya mendaratkan tubuh di kursi hitam putarnya dan sungguh Yui sudah hafal, Senior pasti akan mulai berkutat dengan layar komputernya.
Yui berdiri di depan meja, memerhatikan setiap sudut perpustakaan, tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang tengah larut dengan buku di genggamannya dan ada pula yang diam-diam melirik ke arah meja petugas ini.
Yui mengernyit. Tiga orang cowok yang berada di pinggir rak ensiklopedia sontak mengalihkan pandangan.
"Aneh," gerutu Yui memerhatikan tiga orang cowok itu dari kejauhan. "Tiga orang itu melihat kita terus sedari tadi."
"Abaikan saja," ucap Senior datar, tanpa mengalihkan fokus pada layar komputernya.
"Hidupmu tenang sekali Senior," ucap Yui, memerhatikan tumpukan buku yang berdiri tegak di meja kanan, seraya membantu meletakkannya kembali ke bagian rak begitu buku sudah berhasil di data. "Tadi sebelum aku masuk ke dalam ini ada orang yang membicarakanmu, dan sekarang? Ketika tiga orang itu memerhatikanmu, Senior juga terlihat tenang saja."
"Hmm..." gumam suara bass itu pertanda mengiyakan.
Yui memiringkan kepala seraya memerhatikan sampul belakang novel dengan semangat. "Apa tidak apa-apa Senior hidup seperti itu?"
"Tidak apa," jawab Senior, menghela napas panjang seraya merenggangkan kesepuluh jarinya. Mungkin benar ketika kita melakukan pekerjaan yang kita gemari mungkin akan memperoleh hasil yang baik, selain cepat maka rasa cinta yang tertuju pada pekerjaan itu berhasil mengalahkan rasa lelah yang setiap hari seakan menghantui. Kini Senior bangkit, meraih buku-buku di rak paling ujung lalu memasukkannya ke dalam troli kembali. "Dengan dibicarakan menjadi tanda bahwa kau hidup."
"Dibicarakan, disakiti, dikhianati itu wajar. Asal kau tahu, hidup itu rumit, sama seperti manusianya yang begitu sulit dipahami, dan aku pikir tidak perlu mendramatiskan hal-hal seperti itu di dalam hidup."
"Whoa!" Yui mengekor dari belakang lalu melangkah cepat, membantu Senior itu menurunkan beberapa buku dari rak. Yui terperangah, mengerjapkan mata setengah tidak percaya. "Senior hebat sekali! Senior mulai berbicara panjang hari ini!"
"Jangan memujiku, aku benci dipuji," ucap cowok itu datar.
Yui tersenyum senang, menepuk sebelah bahu Senior dengan kencang. Berhasil membuat cowok itu menoleh. Ah! Bukan menoleh, mengingat tubuh Yui hanya memiliki tinggi sebahunya itu mau tidak mau membuat cowok itu menunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...