PART 17

525 50 0
                                    

Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang yang begitu berharga di dalam hidupmu memiliki bom waktu di dalam tubuhnya?

-POLARIS-

...

Di dunia ini ada beberapa hal yang ingin disembunyikan oleh manusia, terlebih lagi sebuah masalah. Ya masalah dari sebuah masa lalu yang kelam dan sama sekali tidak ingin membahasnya. Tapi jika masalah itu terus dipendam bukankah itu berarti akan menyakiti si pemiliknya? Mungkin masalah itu akan hilang begitu cepat namun tidak seutuhnya, jika ada beberapa hal yang membuat teringat maka masalah akan kembali menguap, begitu cepat, menyakiti kembali si pemiliknya.

Menyebalkan? Sangat, dan kita hanya bisa menunggu kapan waktunya masalah itu akan kembali menguap.

Matahari mulai tenggelam, sorot jingga mulai menyinari taman begitu juga dengan suasana yang tampak semakin ramai. Kedua mata Yui menyipit senang, gadis itu mendaratkan tubuh di bangku putih taman kota seraya tengah seru memakan es krim di tangannya.

Senior melirik, duduk di samping Yui sesekali memakan es krim cokelat yang sudah tampak mencair. "Kau itu sebenarnya doyan atau lapar? Ini sudah es krim yang ke sepuluh kali."

"Aku mau membelinya hingga yang kedua puluh kali," jawab Yui girang, tampak bibir kecil dipenuhi itu krim putih, cokelat, dan merah muda. Sungguh, berantakkan sekali.

"Gila," gumam Senior, mengalihkan pandangan, memakan cone es krim yang terakhir. "Perutmu bisa beku kalau terlalu banyak makan es krim."

"Masa' iya?!" Mata Yui membuat seketika, gadis itu berteriak seraya memegang perut dengan sebelah tangan. "Senior bohong!"

Diam-diam Senior tertawa pelan lalu menoleh ke arah Yui. Tampak wajah bundar itu terlihat serius, memerhatikan Yui dengan tatapan menekankan. "Ya sudah kalau kau tidak percaya, aku hanya memberitahu."

"Yah..." Bibir bawah Yui terangkat, memerhatikan Senior dengan memohon. "Jadi bagaimana supaya perutku tidak beku?"

"Berhenti membeli es krim itu lagi."

"Tapi aku masih mau," rengek Yui, menelan es krim tiga rasa itu, masih dengan pinggir mulutnya dipenuhi krim. "Jadi bagaimana?"

Tampak Senior mengembus napas panjang, memerhatikan Yui dengan setengah pasrah. "Kau beli dan perutmu beku, atau berhenti membeli dan kau terbebas dari rasa sakit itu?"

Yui menunduk, mengembungkan pipi sejenak, seraya berpikir Tampak es berwarna putih itu meleleh hingga di lengan Yui. "Meski berat rasanya namun aku terpaksa memilih opsi kedua."

"Bagus," ucap Senior mengalihkan pandangan. Meraih sebotol air mineral di sebelah tempat duduknya lalu meneguk hingga tandas.

Botol dibuang ke tong sampah, berhasil menimbulkan bunyi yang cukup kuat.

"Senior, sebenarnya aku sudah penasaran dengan ini sejak lama," panggil Yui, mengerjapkan mata dengan penasaran seraya mengunyah cone es krim-nya. Cowok itu menoleh, tampak ujung rambut yang berdiri tegak itu kini bergerak kiri kanan tertiup angin. "Apa Senior tertarik ingin jadi penulis?

Tampak pemilik wajah bundar itu terdiam seketika, lalu mengalihkan pandangan ke langit jingga, mencoba memerhatikan matahari yang sudah setengah lingkaran. Perlahan kedua sudut bibir Senior terangkat, bersamaan dengan bahunya. "Aku tidak tahu, tapi ada rasa sedikit ingin."

"Cerita apa yang ingin Senior tulis?" tanya Yui lagi.

Senior menggumam, berpikir. "Mungkin tentang seorang gadis menyebalkan, berisik, dan selalu penasaran bertemu dengan anak laki-laki yang terlihat tenang dan pendiam."

POLARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang