Hei Senior,
Ada banyak hal yang tidak kumengerti dari dirimu.
Mata teduh itu, wajah tenang itu dan senyuman samar itu...
Entah kenapa terasa menyakitkan sekali.
-POLARIS-
...
Entah suatu hal yang menguntungkan atau tidak, manusia adalah orang yang ahli dalam berpura-pura, terlihat senang meskipun sedih, terlihat begitu bahagia meskipun menanggung beban luka di dalam hati. Yang pasti berpura-pura sudah tercipta sebagai perlindungan diri.
"Uh..."
Yui. Gadis dengan seragam kotak-kotak merah dan rok hitam itu mengerang seraya mengusap perutnya. Menyedihkan, padahal matahari baru saja terbit dan suara yang begitu memprihatinkan sudah terlontar dari dalam sana meminta untuk diisi secepatnya.
Penasaran, Yui membuka tutup saji. Nihil, tak ada satupun makanan di sini, sepertinya Tante menginap semalaman di rumah sakit dan tidak pulang sama sekali.
Kriett...
Pintu kulkas dibuka, mendadak uap dingin keluar menerpa wajahnya. Gadis itu memejamkan mata sejenak, lalu memerhatikan isi dalam kulkas.
Kosong.
Seperti perutnya...
Terasa begitu kosong.
"Enggak ada air?" Yui menggeleng, meletakkan sebelah tangan ke atas dahi. Salah, seharusnya ia belanja semalam, entah itu sendiri atau ditemani Senior yang pasti dirinya tidak akan kelaparan seperti ini. Pasrah, kini Yui melangkah, menyambar tas seraya berjalan keluar rumah, menyusuri setiap gang perumahan dengan cepat.
Bisa saja sebenarnya ia langsung ke sekolah, meletakkan tas dalam kelas lalu berjalan menuju kantin. Hanya saja hari ini dirinya sedang tidak berminat, mungkin lebih enak bila menyusuri gang perumahan hingga ke halte bus dimana begitu banyak jajanan serta sarapan dari pedagang kaki lima yang murah meriah.
Mencari lingkungan serta suasana baru ketika mulai sedang berada di titik jenuh. Manusia memang selalu seperti itukan? Menginginkan satu hal jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan sebelumnya.
Dan dengan pemikiran itu membuat kita menjadi makhluk yang tidak pernah puas. Ada baiknya membawa kita menjadi manusia semakin maju, namun apabila sikap itu terlalu berlebihan hingga lupa cara bersyukur maka akan menjadi sebaliknya, akan menyakiti si pemilik rasa itu.
Tap!
Sepasang sepatu putih Yui menghentikan langkah seketika. Sejuknya embun pagi masih terasa, berhasil membuat hidung kecil gadis itu terasa dingin.
Senior...
Bibir kecil Yui sedikit menggumam begitu memerhatikan anak laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.
Sama seperti Yui, laki-laki dengan seragam kotak-kotak khusus itu menyandang tas hitamnya lalu berjalan keluar dari suatu wilayah di antara gang dan halte bus dengan kepala tertunduk. Kedua sudut alis Yui menurun, gadis itu mengernyit sesekali mundur beberapa langkah ke belakang, menyembunyikan tubuh kecilnya di tiang listrik depan dinding pagar salah satu rumah.
Pemakaman.
Yui yakin, meskipun dirinya tidak terlalu sering keluar gang bahkan jarang keluar rumah selain sekolah, namun setidaknya ia memerhatikan lingkungan sekitar.
Ya, benar dugaannya, itu pemakaman dimana tempat tinggal terakhir manusia. Bukan rumah dengan bertembokkan dinding, bukan lagi membutuhkan kendaraan seperti motor ataupun mobil. Di dalam sana manusia hanya bisa menutupkan mata, seolah sedang tertidur lelap dan tanpa embusan napas lagi tentunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/167162740-288-k943399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Teen Fiction"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...