Seorang penulis mengukir kembali orang yang berharga dalam hidupnya melalui tulisan. Dan seorang penulis pula menyembunyikan permasalahan melalui kata bijaknya.
-POLARIS-
...
Terkadang manusia jauh lebih siap untuk menyambut kedatangan seseorang dibandingkan perpisahan seseorang. Kelu bagi seseorang untuk mengucapkan kata selamat tinggal dibandingkan dengan sebuah sapaan seperti hai atau halo. Padahal akhir dari dunia ini bukan bagaimana cara kita mengucapkan halo, namun kata selamat tinggallah yang jauh lebih penting.
Ah, mungkin bukan hanya selamat tinggal tapi juga dibutuhkan ketulusan hati untuk mengucapkannya.
Miniatur bintang Polaris di dalam kotak kaca terlihat begitu mengkilap. Benang tipis yang tidak terlihat itu berhasil membuat sebaran bintang tersebut bergerak kiri kanan seolah tengah menari bersama, menikmati heningnya malam begitu juga mengeluarkan cahayanya yang begitu terang.
Kenan tersenyum tipis, pandangan yang sedari satu jam tadi memerhatikan mading kini tidak henti mengerjap. Mading telah selesai, begitu indah baik dari isi dalam maupun tatanan hiasannya, memberi kesan sendu, hening, dan tenang dalam waktu yang bersamaan. Seandainya saja guru-guru di sekolah itu tidak menolak rancangan gadis ini mungkin sudah Kenan yakinkan sekolahnya akan meraih juara pertama.
Tapi bagaimanapun juga tidak ada yang bisa memutar ulang waktu dan kalimat seandainya hanyalah sebuah kalimat menyebalkan yang meminta kembali untuk mengulang masa lalu.
"Yui..." Kenan memanggil. Nihil, gadis yang tengah berbaring di ranjang pasien itu tidak bersuara, jangankan bersuara bahkan gadis itu sesekali hanya memejamkan dan menutup mata kembali seperti menunjukkan bahwa hanya itu yang dapat dilakukannya hari ini.
Kenan melipat kedua tangan, menopangnya ke pinggir brankar, mencoba tersenyum, mengembus napas panjang dan berusaha menguatkan diri mungkin adalah tiga hal yang harus dilakukan laki-laki berkaos biru muda itu beberapa bulan belakang ini.
Jika saja boleh mengungkapkan, maka Kenan akan mengatakan sakit.
Sakit melihat gadis yang begitu ceria harus terbaring lemah seperti ini.
Sakit begitu menyadari seseorang yang begitu sering berbicara panjang itu hanya bisa terdiam seperti ini.
Dan satu lagi...
Sakit mengingat gadis yang begitu bersemangat untuk menghidupkan kembali hati seseorang harus mengalami akhir dari kehidupan manusia sesulit ini. Mulai dari kelumpuhan fisik lalu mental serta batin yang sama sekali tidak dapat lagi diandalkan.
Yui yang Kenan lihat sekarang hanya tersisa raganya saja, jiwa gadis itu mungkin sudah pergi dan tidak pernah menemuinya lagi. Yui yang sekarang seperti hidup tapi mati.
"Mading kita sudah selesai," ucap Kenan memerhatikan gadis dengan pakaian rumah sakit merah muda itu. Yui tampak begitu cantik hari ini entah penglihatan Kenan saja yang pasti gadis itu terlihat begitu bersih, rambut gadis itu tersisir dengan rapi meskipun dipadukan dengan tubuh yang hanya terlihat tulang dan berselimutkan kulit.
Kenan menahan napas, berusaha mungkin tersenyum memerhatikan mata bulat Yui yang terus memandang langit-langit rumah sakit, naik turun seolah-olah memerhatikan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh dirinya.
Yui tidak akan memahami ucapannya...
Yui tidak akan merespon apa yang ia katakan dan Kenan sudah tahu itu.
"Sesuai janji kita bisa menyelesaikannya bersama," gumam Kenan tercekat. Memerhatikan gadis itu dengan erat seolah merekam wajah bulatnya dalam ingatan, bukan hanya wajah jika boleh Kenan berharap dapat mengingat senyuman dari gadis itu, suara anehnya, bahkan kaki jenjang yang selalu berlari dan tidak pernah diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS [LENGKAP]
Roman pour Adolescents"Pada akhirnya kita sama-sama melangkah, menuju dunia baru yang sama-sama saling melindungi dan tanpa sadar saling menyakiti." ... Gadis itu percaya akan adanya hujan sebelum matahari bersinar cerah. Gadis itu percaya manusia harus jatuh lebih dahul...