Day 2

55.7K 6.1K 597
                                    

Taehyung bangun pagi-pagi sekali. Sibuk menatap si pemilik kasur baru itu dengan ragu-ragu.

Haruskah ia membangunkan dengan mengusak rambut ataukah dengan memanggil nama Jungkook yang tengah mendengkur itu dengan halus?

Sumpah, Taehyung yang tidak berpengalaman ini tidak tahu.

Bahkan matahari sudah mulai menelisik di antara gorden kamar apartemen mereka. Tapi benak Taehyung mengatakan hal lain, anak itu pasti lelah setelah acara pernikahan mereka kemarin—tapi tetap saja 'kan?

"Hei Teladan, berniat untuk bangun?"

Jungkook hanya menggeliat sedikit setelah merasakan sentuhan di bahunya yang membuat ia terguncang cukup keras. Jungkook menganggukkan kepala tanpa membuka mata. Tangannya sedikit mendorong lengan Taehyung untuk menjauh lalu kembali meninggikan posisi selimutnya hingga menutup leher.

"Sebentar, Ma. Adik capek, lima menit kumohon."

Diam-diam Taehyung meneruskan kegiatannya untuk meneguk kopi barang sedikit. Kelewat manis mana lagi masih ditambah sesendok krimer. Taehyung hanya menggeleng pelan, tidak tahu saja kalau si mahasiswa teladan yang terkenal akan sifat manly dan kepandaiannya satu ini, ternyata punya kebiasaan bertingkah dan mengatakan sesuatu yang cukup unik di pagi hari.

Maka ia jadi sedikit menyesali tindakannya. Taehyung bukan tipikal yang bahkan bisa menyempatkan diri untuk terlalu memperhatikan orang lain biasanya. Tapi untuk kali ini, sebab statusnya sudah berbeda, maka biarkan saja. Setidaknya dia sudah berusaha walau hanya untuk sekali.

Taehyung menoleh ke arah belakang, mendapati tumpukan di atas sofa dan terburu membereskan tuxedo-nya sendiri juga tuxedo milik Jungkook yang tersampir bertumpuk berantakan di sana. Bibirnya membentuk garis senyum tatkala memandangi jari manisnya sendiri yang kini sedikit terasa asing.

Benda ini cukup nyaman mengikat erat, hatinya terus terasa hangat jika ingat hari kemarin. Tapi ia lebih memilih untuk melepas benda yang dipasangkan oleh Jungkook untuknya semalam lalu kembali mengotak-atik ponsel guna menghubungi penanggung jawab kelas Jungkook nanti di jam terakhir.

"Ya, serahkan saja laporannya pada Mr. Frank. Oke, baik. Oh, bisakah aku meminta bantuanmu? Jeon Jungkook—um iya—jurusan seni, offering alpha, tahun ketiga. Aku sendiri pembimbing akademisnya, orang tuanya memintakan izin untuknya tidak hadir sampai tiga hari ke depan. Iya benar, drummer teladan berparas cantik yang kau taksir itu, Hos. Oke, terima kasih."

Panggilan dimatikan sebelum matanya memicing ke samping. Ia hanya terkekeh sebelum berjalan ke arah closet dan mengambil handuknya sendiri. Memutuskan mandi sebab satu jam lagi kelas dan hari barunya akan segera dimulai.















;

"Wah, kata mentor saat pembukaan lalu—si teladan yang semalaman merengek padaku, hari ini tidak masuk dan sudah izin melalui bagian kemahasiswaan."

Jungkook mencebik sembari menggigit rotinya dengan kasar. Tidak sempat sarapan dan tidak menemukan seorang pun di apartemen barunya. Bahkan tidak mandi dan hanya cuci muka. Masa bodoh dengan bekas make up yang tersisa pekat menghiasi wajahnya (sedikit luntur kena air mata semalam).

"Bodoh! Jeon Jungkook memang seorang bayi! Aku jadi ikut ragu kenapa bocah yang sebenarnya lugu dan setengah dungu sepertimu bisa lebih dulu menikah padahal aku dua tahun lebih tua darimu!"

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang