amante | taekook

; feel better - new chapter 2020

;

Taehyung benar-benar banyak berusaha untuk Jungkooknya. Tidak mudah memang, tapi ia yakin dibalik semua masalah pasti ada jalan keluarnya.

Hari ini Jungkook terlihat jauh lebih ceria dibanding hari sebelumnya. Sudah mau mengungkapkan apa yang diinginkannya tanpa harus ditanya-tanya. Sedari pagi seusai memasak sarapan pagi mereka berangkat ke kampus bersama. Rasanya senang mendengar Jungkook kembali begitu cerewet di boncengan belakang sembari memeluk erat perutnya juga. Menceritakan tentang Jimin yang dilamar oleh sepupunya juga rencana pernikahan yang akan dilaksanakan empat bulan ke depan.

Taehyung begitu memusatkan perhatiannya sembari sesekali melirik ke arah kiri dimana Jungkook menyandarkan kepala di bahunya. Bersitatap begitu lama kala berada lampu lalu lintas menunjuk warna merah. Jalanan sepi, sehingga Taehyung nekat membuka kaca helm dan mencuri kecupan di hidung mudanya.

Demi seisi bumi dan langit, serius—Jungkook malu, sekalipun sepi masih ada orang di kanan kiri mereka. Begitu kontras melihat Hyungnya yang berpakaian rapih dengan jas yang sudah dikancing rapat tengah membonceng Jungkook yang terbalut dalam sweater kebesaran dan celana jeans yang robek pada lututnya.

Katanya masih tidak mau pakai kaus dan kemeja. Mau gym dulu dan Jungkook berbisik memohon-mohon agar Hyungnya mau menemaninya berolahraga demi menurunkan dan mengembalikan bentuk badannya yang lama.

Lagipula, mana bisa Taehyung mengatakan tidak padanya. Bahkan sesampainya di parkiran pun Jungkook masih kelewat khawatir kalau Hyungnya asal mengiyakan biar dirinya tenang lalu nanti tiba-tiba bilang ada rapat ini itu dan Jungkook berakhir dengan tetap berangkat sendirian.

Maka yang lebih muda menarik Hyungnya dengan paksa ke arah kamar mandi di bagian belakang parkiran. Menegapkan tubuh suaminya seolah tengah mendisiplinkan dan Taehyung hanya diam tak bergerak sebab kebingungan ditempatnya.

"Hyung minta apa? Akan aku lakukan asal nanti temani aku, ya?"

Taehyung menggeleng, matanya semakin membola saat tangan Jungkook mengepal didepan dada dan terlihat begitu menggemaskan dengan bola mata yang berkaca-kaca. "Hyung tidak minta apa-apa sayang, iya nanti Hyung temani setelah kelasmu jam tiga sore selesai 'kan?"

"No, aku harus mendapat jaminan. Biar Hyung tidak lari hari ini. Hyung mau apa? Seks disini? French kiss? I'll do everything, please."

Taehyung benar-benar terkejut setelahnya. Sibuk mencari apa yang salah hingga dirinya sadar. Mungkin, mungkin jika nanti ia lupa, Jungkook bisa menagih sebab Jungkook telah memenuhi permintaannya dan ia telak tidak boleh menolak menunda atau apapun itu alasannya. Maka ia mencoba untuk tenang dan paham, meski bukan dengan mengiyakan ajakan seks di kamar mandi rusak juga.

"Kau yakin mau seks disini denganku?"

Mata bulat Jungkook seperti linglung. Memeriksa kanan kiri dan hanya mendapati WC duduk dan juga kondisi kamar mandi yang gelap terkesan sangat suram. "T—tidak, takut. Atau di meja kerja Hyung saja? Terserah dimana, Hyung yang atur, aku mau."

Maka Taehyung hanya membalik keadaan dengan mendorong tubuh Jungkook hingga bersatu dengan dinding, menarik tengkuk mudanya sebelum mendaratkan ciuman yang begitu lama disana. Rasanya hampir gila sebab tiga minggu Jungkook kehilangan segala hasratnya terhadap semua hal. Bukan maksud Taehyung dirinya tidak merasa sedih kehilangan bayi sulungnya, hanya saja Jungkook sangat mati rasa dan ia benar-benar gila sebab sama merindukan Jungkook yang biasanya.

Ciumannya begitu menuntut dan berantakan, Jungkook kuwalahan mengejar tempo untuk membalasnya. Tangan mudanya meremat erat bahunya hingga merambat untuk menarik balik tengkuk yang lebih tua. Benar-benar rapat. Hingga hampir lupa soal segalanya bahkan terus berlanjut hingga rahang, leher, bahu (sweater kebesarannya longgar sekali dan Jungkook tidak memakai dalaman apa-apa lagi) dan meninggalkan bekas kemerahan yang membuat Jungkook melenguh panjang karenanya.