Day 7 (2)

31.1K 4.6K 584
                                    

Dan taehyung hanya menggigit bibir bagian dalam kuat-kuat setelah selesai menyampaikan mata kuliahnya. Mendadak pusing, Jungkook harusnya masuk dalam kelasnya tapi anak itu justru menghilang entah ke mana.

Langkahnya memutar, berusaha mengelilingi gedung sebab pasti Jungkook tidak jauh dari sini. Pagi tadi pun hanya minta uang untuk naik bus saja, jadi dipastikan anak itu akan tetap makan siang dan pulang bersamanya.

Matanya mengedar mengabsen satu persatu deret kursi hingga membulat lebar. Mendapati Jungkook tengah bersandar di ujung kursi sambil bersedekap. Matanya terpejam dengan sepasang earphone yang terpasang manis di kedua telinganya. Cepat-cepat Taehyung menuruni tangga, mandatangi si berandalan yang wah—Taehyung berusaha tidak terkejut, rambutnya dicat lagi dengan ujung warna merah menyala.

"Hei, Tukang Bolos!"

Jungkook terkejut setengah hidup dan hampir mengumpat kalau saja orang yang berani mengganggunya kali ini adalah Park Jimin—lagi. Kawannya yang kurang tinggi itu tadi sibuk tertawa terus dan meledeknya sebelum pada akhirnya membuat janji bahwa ia akan segera masuk kelas dan berhenti menggodanya asal Jungkook tak menonjok bahunya lagi.

Maka dari itu ketika ia justru mendapati profesornya di depan mata, Jungkook reflek berdiri dan menundukkan badannya—memberi salam juga menunjukkan rasa hormatnya. Sukses membuat Taehyung terkekeh, padahal sedikit sekali mahasiswa yang berlalu lalang di sini.

"Kenapa bolos kelas? Kau sedang menghindariku?"

Jungkook tampak sedikit panik saat menggelengkan kepala, telinganya selalu memerah ketika menahan sesuatu, "T-tidak, aku tidak menghindari anda, Prof!"

Taehyung mengangguk cepat memberi reaksi, merapatkan jas putihnya yang membalut kemeja menjadi sedikit rapat lalu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Jungkook. "Lalu apa? Mentang-mentang kau bisa menanyai mata kuliahku di rumah lalu kau seenaknya duduk diam bersantai di sini di saat teman-temanmu rajin masuk di kelasku, begitu?"

"Tidak, astaga, Ya Tuhan! Aku sudah izin!"

Taehyung mengerutkan dahi lalu mendecak malas sembari memasukkan dua tangannya ke dalam saku celana, "Siapa yang mengizinkanmu?"

Jungkook memutar bola matanya malas lalu menonjok perut Taehyung dengan bogemannya. "Kau! Kau yang tadi pagi bilang dan menyanggupi bisa membuatkan aku surat izin!"

Taehyung membulatkan mata kala menerima tekanan di perut bagian kanan luar biasa kuat. Sakitnya bukan main—otaknya tidak mengingat kalau Jungkook tetaplah berandalan seperti yang biasanya ia ketahui, tak peduli selembut apapun dia berubah jika terkena bisik rayu bibir sialannya.

"Kau?" Taehyung memberi jeda masih sembari meremat perutnya yang jadi terasa nyeri, "Kau memanggilku dengan 'kau'?"

Jungkook mendecak balik sebab jujur saja—dia masih tidak begitu bisa mengontrol diri apabila dekat-dekat dengan Taehyung. Ingatannya terus mereka ulang kejadian saat di mana bibir sialan yang dibencinya sepanjang duduk di bangku perkuliahan itu justru mengambil klaim sebagai ciuman pertamanya tadi pagi dengan begitu halus dan menyebalkan.

Memang dia yang minta ciuman terlebih dulu sih, tapi 'kan Taehyung bisa menolaknya! Sial, pipinya bahkan terasa panas hanya dengan mengingat betapa lembut ciuman Taehyung.

Jungkook segera beranjak mengabaikan Taehyung yang mengekor di belakangnya. Astaga—Taehyung sungguhan hanya ingin tau kenapa teladannya mendadak jadi tukang bolos begini.

"Hei, hei berhenti—kau ingin pulang? Baiklah astaga, tunggu aku—aku mengambil tas, Ya Tuhan, Jeon!"

Taehyung segera mengambil ponselnya dalam saku lalu membuat panggilan terhadap seseorang di sana—masih terus berjalan cepat mengekori Jungkook yang berjalan sembari cemberut melewati taman di depan gedung.

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang