Jungkook bangun lebih pagi hari ini. Otaknya setidaknya masih ada di tempat mengingat ia adalah orang yang berpendidikan. Jungkook cukup tau diri dan berusaha tidak keras kepala karena dia tau—Taehyung tidak akan dengan mudah melepasnya.
Maka dari itu meski kekesalan dan rasa bingung luar biasa sibuk menggerogoti batin, ia berusaha untuk bangun pagi dan mendapati Taehyung masih meringkuk di sofa dengan selimut yang jatuh menyentuh lantai. Berkas-berkas juga tas kerjanya berantakan di meja, sukses membuat Jungkook menggigit pipi bagian dalamnya. Mencoba berpikir, apakah setiap hari profesornya itu hidup dengan cara seperti ini?
Lalu matanya mengintip, dua gelas kopi dengan ampas gula yang tenggelam mengering di dasar gelas. Taehyung pasti sangat menyukai manis simpul Jungkook dalam batinnya.
Tangannya dengan sigap membereskan gelas dan membawanya menuju wastafel sebelum menyalakan kompor untuk menghangatkan air. Jari-jarinya mengetuk meja dengan halus, menghasilkan bebunyian tanpa tempo yang jelas sehingga cukup mengganggu indra pendengaran. Setidaknya hal tersebut berhasil membuat Taehyung bangun karena terkejut, mengira ada tikus atau kucing liar masuk ke dalam apartemennya.
"Sedang apa, Boy? Tidak bisa tidur karena gerah lagi, ya?"
Jungkook terkesiap saat Taehyung berdiri di belakangnya sembari mengusak wajahnya sendiri. Merengut sebab Jungkook tidak segera memberi jawaban dan malah mendapati dua gelas cangkir di atas meja beserta kotak gula yang masih terbuka, sukses membuat yang lebih tua terperangah lalu tersenyum kecil setelahnya.
"Kau—ingin membuat sesuatu untukku, Teladan?"
Jungkook mendelik lalu menggeleng cepat, berusaha menyembunyikan satu cangkir menjauh lalu meyakinkan diri bahwa dia tidak melakukan hal seperti yang Taehyung katakan. "Tidak, aku ha—hanya haus iya. Anda tau kan—a-aku mudah haus!"
Taehyung hanya mengangguk pelan dan menerobos di sisi Jungkook yang membeku panik di tempatnya. Tangannya meraih gelas yang dijauhkan lalu terkekeh setelah melihat gelas tadi sudah terisi kopi juga gula yang sudah siap diracik. "Aku hargai, terima kasih sudah mau belajar menyenangkanku, Jungkook."
Taehyung segera mematikan kompor lalu menuang air panas ke gelasnya yang berisi kopi juga gelas Jungkook yang berisi susu vanila. Ia terkekeh sebentar saat menyadari Jungkook begitu merasa malu setelah sok berusaha ingin membalas kebaikannya. Anak itu hanya diam tapi wajahnya seperti kepiting rebus.
"Ini susu milikmu, kau mau sarapan dengan apa?"
Jungkook menggaruk lehernya pelan lalu menerima cangkirnya dengan hati-hati. Menyesapnya sedikit sebelum mengangguk lugu, "Anda akan memasak, Prof?"
Taehyung meletakkan cangkirnya di sisi meja. Dalam hati memuji habis sebab merasa bingung, bagaimana bisa Jungkook menakar gulanya begitu pas dan punya kadar manis yang sesuai seleranya? Tak banyak yang tahu bahwa ia teramat menyukai kopi manis, tapi Jungkook berhasil memenangkan hatinya di percobaan pertama.
"Kalau kau mau membantu—tentu saja, apapun yang sedang ingin kau makan pagi ini."
Jungkook mengangguk lalu melirik takut-takut ke arah Taehyung, sejujurnya masih sedikit—canggung. Tapi entah mengapa Jungkook merasa sedikit lebih nyaman saja hari ke hari.
"Kopi buatanmu manis, aku suka. Benar-benar ps dengan seleraku. Jadi, apa boleh aku meminta untuk dibuatkan seperti ini setiap hari?—kalau kau tidak sibuk, misalnya."
Mata Jungkook membola setelah mendengarnya. Dalam hati berteriak lega sebab tiga kotak takar gula pikirnya sudah sangat manis di lidahnya. Lalu ia mengangguk cepat, meremat ujung bajunya sebelum berbisik halus.
"Apapun, Prof. Aku akan belajar jadi anak yang baik untukmu."
;
"Jeon Jungkook luluh? Benarkah—atau hei, apa telinga seorang Park Jimin ini tidak salah mendengar?"
Jungkook mencebik lalu melempar bolpoinnya kesal. Mendadak Profesor Jung memberinya seabrek tugas dengan dalih sebagai hukuman untuknya yang sudah berani membolos. Ditambah Jimin yang mengomel sebab terus-menerus menertawakan cerita Jungkook yang sok belajar menyenangkan profesor galaknya di pagi hari.
"It's sound like, what the fucking hell—seorang Jeon Jungkook bayi kecilku yang super jagoan dan nakal kini tengah berusaha belajar menyenangkan suaminya! Akhirnya aku benar-benar percaya kalau kau sudah jadi pasangan orang lain Jungkook, kau sudah besar bocah kecil—astaga!"
Jungkook memijat pangkal hidungnya sembari mencebik. Rasanya pusing sekali mendengar Jimin bawel begini.
"Baiklah, berhenti menggodaku Jim. Aku tidak melakukannya karena aku merasa tertarik atau jatuh padanya—tapi faktanya di sini suatu hari nanti aku juga pasti mau tidak mau akan mempersilahkan dia untuk benar-benar memegang kendali atas aku. Jangan menggodaku, ini hari pertamaku, kumohon."
Jimin terjungkal sembari menutup botol minumnya. Gemas sekali tiap berhasil menggoda drummer manis favoritnya itu, lalu ia mengangguk lagi agar Jungkook tidak semakin marah, kekehannya terdengar menyenangkan sekaligus menyebalkan. "Iya, iya—aku nantinya juga akan tetap mengunjungimu kok kalau kau cuti hamil."
"Sial, Park Jimin! Diam!"
;
"Oh. Ada apa?"
Taehyung terkejut, padahal hari ini dia berada di gedung dua dan Jungkook yang notabene ada kelas di gedung empat justru menghampirinya sembari membawa setumpuk berkas di tangannya.
"Lapar, uangku habis—anda melarangku untuk mencari uang sendiri 'kan?"
Taehyung langsung mengangguk dan melirik kotak bentonya di atas meja. Pemberian Yeri—si dosen sastra yang sepertinya menaruh hati padanya sebab beberapa kali Taehyung mengetahui kalau wanita itu berani mencuri-curi pandang dan terus berusaha menarik perhatian dengan memberi afeksi luar biasa tiap mampu bersentuhan dengannya.
"Kau suka semacam, bento? Porsinya besar untuk—"
"Boleh kita makan berdua, Prof? Aku ada kelas sore sungguh, aku bisa pusing dan tidak paham kalau lapar."
Taehyung mengangguk cepat lalu membereskan mejanya. Segera menarik satu kursi lagi dan mempersilahkan Jungkook untuk segera duduk dan membuka paket bentonya. Mata bulatnya berbinar cerah saat mengetahui banyak lauk tersusun di dalamnya. Gigi kelincinya menyembul lucu lalu segera mengambil suapan pertamanya.
"Ini dari dosenmu, Yeri omong-omong." Taehyung menjelaskan sembari menggulung lengan baju, membuat Jungkook berkedip-kedip lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Kurasa kau berhak tau kalau sepertinya dia tengah menaruh hati padaku. Kuharap kau tidak salah paham karena aku melepas cincin perkawinan kita—tidak sepertimu yang menjaga ikatanku padamu dengan apik di jari manis."
Jungkook hanya diam lalu mengamati emas putih bulat melingkar di tangannya itu sebentar. Baru ingat perihal ada bukti bahwa ia sudah terikat menyemat cantik di jari tangan kanannya.
"Aku melepasnya agar tidak ada yang menanyaiku perihal kita, seperti yang kau inginkan sebelumnya. Selepas kau lulus, mungkin aku akan membuat pengunduran diri. Aku akan membawamu dan anak-anak kita pergi ke Jepang, apakah terdengar menyenangkan?"
[ revisi 2022 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
amante | taekook
Fanfiction[ SUDAH TERBIT OLEH CHOKO PUBLISHER ] ▶start 221118 ▶boys x boys | don't like don't read❗❗ ©errezea - 2018