Jungkook tersenyum kecil saat merasakan hembusan napas lembut yang meniup-niup anak rambut di dahinya.
Matanya menyipit, masih sembari berkedip-kedip dan setengah tertidur. Pikirannya masih sibuk berjalan-jalan di alam bawah sadar. Tidak ingin beranjak, tapi matanya justru mendapati jam dinding yang sudah menunjuk angka lima pagi—tepat.
Maka Jungkook tersenyum kecil setelahnya, sebab semalam sebelum tidur, Taehyung sibuk merengkuhnya erat masih dengan sembari mendengarkan Jungkook yang tanpa henti menceritakan bagaimana hidupnya, apa saja yang membuatnya sulit saat ia masih di bangku sekolah, atau hobi-hobi yang pernah dilakukannya saat masih muda. Taehyung benar-benar mendengarkannya dan terus memberi tanggapan yang sering kali membuat Jungkook tidak bisa menahan tawa.
Semalam sampai di rumah tepat jam sebelas malam. Dengan kaki yang nyaris terasa patah, Taehyung justru menawarkan punggungnya dan Jungkook yang sudah kelelahan di dua pertiga perjalanan tidak punya pilihan lain selain mengiyakan meski pada awalnya ia terus menolak.
Taehyung bilang Jungkook cukup jangan berhenti bercerita saja, agar Taehyung tidak mengantuk sepanjang jalan saat menggendongnya.
Maka dari itu, ketika Jungkook membuka mata dan mendapati Taehyung masih memeluknya erat seperti semalam, Jungkook memberanikan diri untuk mencium ujung bibir profesornya sebanyak dua kali lalu segera turun dari ranjangnya.
Malu setengah mati membayangkan apa jadinya jika Taehyung tadi sebenarnya sudah bangun dan mengetahui bahwa Jungkook mencuri kecupan kecil di ujung bibirnya?
Jungkook kembali dihadapkan dengan kenyataan juga kompor yang harus segera ia nyalakan pagi ini. Tengah menimang-nimang apa yang harus ia buat dan matanya justru mendapati satu kantung berisi nugget yang ia minta pada Taehyung semalam. Mungkin pilihan yang buruk, tapi setidaknya ia harus menyiapkan sesuatu dan memastikan Taehyung memiliki menu sarapan pagi ini.
Si teladan kecil satu ini mungkin memang masih amatir dan kurang handal, tapi setidaknya—menurut Taehyung, dia yang paling pandai membuat kopi dengan ekstra susu kesukaan si profesor setiap pagi.
"Boy, pagi sekali."
Jungkook terkejut saat memasukkan bubuk kopi ke dalam cangkir dan mendadak Taehyung memeluknya dari belakang begitu erat. Kepalanya bersandar di bahu, mati-matian Jungkook menahan diri agar tidak menangis. Ya Tuhan—kenapa jantungnya masih tidak berhenti berdebar sekencang ini tiap Taehyung menunjukkan afeksi berlebihan kepadanya.
"O-oh Hyung, selamat pagi?"
Taehyung tertawa sambil menganggukkan kepala juga membisikkan selamat pagi tanpa suara. Melepas peluk sejenak sebelum membalik tubuh yang lebih muda untuk segera menghadap ke arahnya.
Sebetulnya Taehyung sendiri juga sama, sejauh ini jelas masih belum terlalu terbiasa. Maka dari itu ia ingin perlahan dulu, membiasakan diri agar tidak canggung tiap merengkuh teladan kecil dalam peluknya atau saat memberinya pujian-pujian kala berhasil melakukan sesuatu, semuanya—Taehyung harus serba belajar membiasakan diri.
Lalu saat dua telapak tangan Taehyung yang terasa begitu dingin menyentuh dua pipinya dengan begitu lembut, ada bagian diri Jungkook yang mendadak runtuh mendapati profesornya menatap begitu teduh lalu memberi kecupan dahi sangat lama untuknya. "Terima kasih sudah bangun pagi untuk dirimu sendiri, Boy."
Jungkook benar-benar dibuat kembali menggila karenanya.
"Hyung hari ini ada kelas?"
Taehyung terkekeh lalu menganggukkan kepalanya. Sibuk mengalihkan arah wajahnya yang merona dengan mencari cangkir merah menyala milik Jungkook lalu mencari kotak susu bubuk di deretan penyimpanan bumbu.
KAMU SEDANG MEMBACA
amante | taekook
Fanfiction[ SUDAH TERBIT OLEH CHOKO PUBLISHER ] ▶start 221118 ▶boys x boys | don't like don't read❗❗ ©errezea - 2018