Day 4

38.8K 5K 177
                                    

Jungkook sedari tadi bergerak tidak nyaman kala duduk di atas karpet tipis pada ruang tengah apartemennya. Bahkan belum mandi dan mata bulatnya masih setengah terbuka, tapi Taehyung sudah memintanya menunggu di sini selagi lelaki berusia dua puluh enam itu pergi keluar.

Jungkook hanya memainkan ponselnya yang tak memiliki data lagi untuk bisa ia gunakan guna mengakses internet. Membuatnya mencebik lucu, sebab tidak banyak yang bisa lakukan selain memainkan tetris dan bounce ball offline di ponselnya.

Wajahnya mendongak tatkala Taehyung dengan jaket hitam kulit beserta celana pendeknya yang memiliki berwarna senada, masuk sembari menenteng kantung plastik berwarna hitam legam. Tidak tau apa yang tengah Taehyung bawa dan ia memilih untuk kembali tetap fokus dengan game di ponselnya.

Si pria berjaket hitam satu itu terus berjalan ke arah dapur tanpa bicara sepatah kata, lalu kembali masih dengan membawa kantung plastik yang dibawa tadi dan dua buah sendok makan di tangan kanan.

Ia mengeluarkan seluruh isi kantung yang ternyata adalah es batu bulat seukuran kelereng berjumlah banyak yang dituang ke dalam mangkuk yang juga sudah Taehyung sediakan.

Tangannya memaksa sendok yang ia genggam agar terselip hingga bagian dasar mangkuk, membiarkannya tenggelam di antara es batu agar suhu dingin menyebar di seluruh permukaan.

Jungkook hanya mengerutkan dahi bingung, tidak tahu tentang apa yang tengah Taehyung lakukan di depannya.

"Hey, pakai sendok ini tempelkan di kelopak matamu. Bengkak wajahmu harus berkurang, tidak berencana tampil seperti ini untuk besok 'kan?"

Jungkook hanya ber-oh ria saat Taehyung lagi-lagi sibuk memperhatikannya. Ia sedikit mendengus, mengingat hal yang luar biasa memalukan untuknya semacam—menangis seperti itu 'lagi' di depan Taehyung, rasanya Jungkook ingin mengundurkan diri atau kalau perlu ia harus segera menghapus diri dari kehidupannya saja. Total malu dan tidak mau mendengar apapun lagi.

"Prof?"

Taehyung mendongak masih sembari membetulkan posisi sendok yang satu lagi. Sialnya yang Jungkook dapati justru tatapan Taehyung yang selalu tampak teduh, padahal menurutnya—tatapan itu sebelumnya, adalah tatapan paling mengesalkan sepanjang hidup. Lebih-lebih kalau tatapan itu dilayangkan padanya tatkala si pemilik mata berulang kali menyuruhnya untuk merevisi pekerjaan yang sudah benar agar menjadi 'luar biasa' benar.

"Apa?"

"Lupakan yang kemarin. Aku merepotkan anda dan jangan bercerita pada siapapun."

Taehyung terkekeh masih sambil menenggelamkan satu sendok lagi yang permukaannya sudah menghangat ke dalam mangkuk. Jungkook tengah menutupi sebelah matanya dengan sendok dingin—tampak lucu dan menggemaskan sebab hidungnya ikut memerah pun tampak sedikit panik saat menyatakan keinginannya.

"Kenapa? Takut cewek-cewekmu kabur kalau tau si teladan kesukaannya ternyata cengeng?"

Jungkook merengut tidak suka saat memberikan sendoknya yang mulai menghangat di atas kaki Taehyung. Bibirnya terlipat dan ia mulai membuat ekspresi yang menurut Taehyung tampak menyeramkan. Setidaknya cukup sukses membuat si lawan bicara merasa terintimidasi walau hanya sedikit.

"Oke, astaga, wajahmu jangan mengancam begitu. Aku juga tidak akan bilang meski kau tidak mengancam, sungguh!"

Tawa canggung kembali memenuhi ruang kosong di antara keduanya. Jujur—Jungkook merasa aneh. Apartemennya selalu terasa dingin bahkan sekalipun saat hawa sedang panas. Pikirnya melambung lagi, terlampau tidak memahami dirinya sendiri juga nasibnya esok hari.

"Kudengar profesor Jung menyukaimu, benarkah begitu?"

Jungkook hanya mengerutkan dahi tidak paham begitu pertanyaan Taehyung terlontar tanpa ada selipan sebuah keinginan berupa memberi jawaban. Bahunya terangkat malas lalu cepat-cepat berkaca di layar ponselnya yang sudah mati.

"Anda tidak perlu mengantarku beli baju, Prof. Aku tidak jajan, aku bisa pakai uang pemberianmu. Aku mau mandi sekarang, ada kelas siang nanti."

Dan Taehyung hanya terdiam, padahal dia sudah memastikan kalau jam kuliah Jungkook seluruhnya kosong hingga tiga hari kedepan.













;

"Oke kau boyish, tapi kau yakin akan memakai baju ini? Kau terlalu sering memakai pakaian mahal, duh!"

Jungkook mendongak total nyaris melempar kepalanya ke arah belakang, pusing sebab Jimin tidak berhenti mencerca selera fashion-nya yang baru.

Toh, Jungkook tidak boleh banyak berharap sekarang. Sejenak melupakan koleksi pakaiannya, ia mendadak sibuk merenung. Apakah menggunakan pakaian seharga delapan bungkus ramen tidak membuatnya tampak mencolok di atas panggung esok hari?

Jimin frustasi sendiri melihatnya. Baru kali ini si teladan terlihat paling buruk sejauh dan selama Jimin mengenalnya.

Ujung jari pendeknya sibuk mengetuk meja, ia tidak menemukan titik terang pun pakaiannya juga tidak mungkin muat untuk dipinjamkan. Lebih-lebih kalau ia harus meminjami uang, Jungkook jelas pasti akan lebih memilih tidak berpakaian daripada berbaju dengan uang hasil berhutang.

Dibanding Jungkook, Jimin jauh merasa lebih stres daripadanya.

Mata sipitnya yang sibuk mengabsen sekitar, membesar sesaat setelah mendapati seseorang mirip si perfecto Kim Taehyung tengah menggandeng seorang wanita memasuki distro pakaian di dekat minimarket tempatnya bersama Jungkook duduk berdua sembari menghabiskan sekaleng cola yang dibagi dua.

"Wow gila, aku kira dia bukan bisex!"

Jungkook mengerutkan dahi tidak paham. Mendorong colanya sedikit jauh lalu mencoba mengikuti kemana arah mata Jimin memandang,

"Huh? Siapa?"

[ Revisi 2022 ]

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang