Day 8

38.4K 4.7K 1.3K
                                    

Sepertinya Taehyung mulai paham hal-hal apa yang akan Jungkook lakukan jika tengah merasa malu dan berusaha melarikan diri saat diharuskan bertemu tatap dengannya.

Semalam untuk pertama kali, akhirnya Taehyung tidur bersama dengan Jungkook di kamar mereka berdua.

Benar-benar hanya tidur bersisian, bahkan saling memunggungi tapi terbalut satu selimut yang sama.

Dan pagi tadi, ketika Taehyung terbangun, berandalan brengsek satu itu sudah menghilang dengan dompetnya yang tergeletak di atas meja dengan posisi terbuka. Selembar sticky note warna biru menempel dekat slot kartu. Tulisan tangan berantakan milik teladan kecilnya terpampang begitu menggemaskan dengan begitu kaku di sana, "Hyung, aku ambil uang untuk naik bus dua kali, jaga-jaga jika kau brengsek—aku tidak mau jalan." dan Taehyung tertawa setelahnya.

Ia berjalan sempoyongan kala keluar dari kamarnya. Menguap sebentar dan serius terkejut. Sebab ada kepulan asap dari arah karpet tipisnya di ruang tengah. Dahinya berkerut sebab benda berasap tadi tertutup oleh lembaran hvs miliknya yang tergeletak asal.

Dan lagi-lagi Taehyung dibuat tertawa membaca tulisan tangan Jungkook yang sempat terbaca matanya.

"Sarapanmu, jangan dimakan bila beracun." Kurang lebih seperti itu, dan Taehyung hanya memegangi perutnya karena tidak sanggup menahan geli.

Tangannya terburu menyingkirkan kertas putih itu menjauh. Matanya membulat lebar saat melihat secangkir kopi dan semangkuk nasi, dengan telur dadar sebagai lauk juga saus sambal sebagai bumbu.

Demi apapun Taehyung rasanya seperti kembali muda. Menikmati cinta monyet gila yang sepertinya mulai menggelora dan menggerogoti dirinya hingga habis, lalu tumbuh lagi dan mengigitnya begitu banyak.

Jungkook benar-benar sederhana, dengan pengakuannya yang tidak pernah memasak dan kini mendadak belajar memasak hanya agar Taehyung mendapat nutrisi pagi, rasanya gila. Sumpah Taehyung membayangkan apabila Jungkook juga di sini pasti dia akan menggila dua kali lebih banyak. Terburu mencoba suapan pertamanya dan mendadak merona.

Nasinya terlalu kering—kurang air. Tapi Taehyung tetap memakannya sampai habis meski terbatuk-batuk karena pedasnya saus sambal berpadu dengan keringnya bulir nasi terus menggerus rongga mulutnya.

Tapi setidaknya Jungkook sudah berusaha. Cukup untuk sekedar menyenangkan hati meski setelahnya Taehyung harus menghabiskan dua gelas air mineral agar pencernaannya membereskan sarapan paginya dengan baik.

Ini percobaan pertama, tidak perlu yang sempurna—sebab yang sederhana seperti ini saja Taehyung rasanya sinting. Tidak lagi merasa waras dan pikirannya tidak bisa duduk diam memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa menyenangkan Jungkook kembali sebagai balasan.

Langkah malasnya beranjak menuju dapur. Rapi sekali sungguhan. Taehyung cepat-cepat memotret lalu mengirimkannya pada mama mertua, memberitahukan segala perkembangan Jungkook termasuk usahanya memasak sarapan pagi.

Taehyung tidak mau kalau Jungkook kena marah lagi karena tidak bisa mengurusnya. Karena tidak—Jungkook tidak begitu, anak itu juga bisa mengayomi juga memanja dirinya agar tidak lagi repot terkantuk-kantuk membuat kopi sendiri tiap pagi.

Setidaknya Taehyung sekarang jadi lebih merasa hidup. Ada yang membuatnya lebih semangat datang ke kampus, sebab ada yang harus ia kuliahkan hingga lulus juga harus ia hidupi agar segala kebutuhannya tercukupi.

Tidak masalah jika harus berlarian dari gedung satu ke gedung lain. Asal Jungkook tetap ada dan mewarnai paginya lebih banyak.












;

Si pemilik rambut merah itu menunduk rapat saat si profesor Kim mulai memasuki kelas. Seisi ruang mendadak hening padahal beberapa detik sebelumnya sumpah demi apapun pasar hewan tak akan pernah menang ramai jika diadu kegaduhan dengan kelasnya.

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang