Day 14

35.1K 4.7K 1.7K
                                    

Jungkook mengerutkan dahinya sesaat setelah mendapati sisi ranjangnya yang kosong. Tidak biasanya dia tidur tidak dipeluk, bibirnya merengut kecil sebelum kembali menata ranjangnya sendiri. Meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sebelum berjalan malas keluar kamar.

Dua binarnya yang belum terbuka sempurna reflek berkedip-kedip saat menangkap bayang tubuh hyungnya yang tengah mondar mandir di dapur dengan cangkir merah kesukaannya yang sudah ditata rapi diatas meja.

Oh—apakah hyungnya tengah membuat kopi sendiri?

Tentu ini jelas tidak biasa dan Jungkook mendadak merasa ada yang salah setelah melihat apa yang kini berlalu lalang didepan matanya. Entah karena hyungnya marah ataukah memang dia sudah bosan dengan kopi buatan Jungkook.

"Boy?"

Yang lebih muda reflek terkejut dan memilih untuk segera mendekat saat ternyata hyungnya tau akan keberadaannya disini. Tidak benar-benar dekat, rasanya takut saja melihat pembawaan hyungnya yang mendadak jadi lebih diam dan—dingin.

Jungkook berhenti setelah merasa berdiri dua langkah di belakang tubuh hyungnya. Tidak berani menanyakan apapun sebelum melihat yang lebih tua kembali berbalik. Hembusan nafas beratnya malah semakin membuat Jungkook panik. Astaga—sebenarnya ada apa?

"Selamat pagi istrinya pencemburu,"

Dan Jungkook mematung saat pipinya dikecup juga rambutnya sedikit diacak oleh tangan besar milik si Profesor Kim yang kini sudah berbalik badan lagi untuk meneruskan kesibukan paginya sendiri.

"H—hyung kenapa? Kenapa buat kopi sendiri?"

Tawa renyah hyungnya kembali memenuhi ruang. Setelah menuang air panas ke dalam cangkir ia segera mengaduk dengan sendok kecil yang ia siapkan sedari tadi. "Bukan kopi kok, ini susu vanila—tanda maafku untuk teladanku yang semalaman kudiamkan dan tidak kupeluk saat tidur. Padahal bukan dia yang salah, aku saja yang bertindak kekanakan."

Dan Jungkook benar-benar tidak paham saat cangkir ditangan hyungnya disodorkan begitu saja kepadanya, "Hyung minta maaf Jungkook, semalam tidak memelukmu."

Yang lebih muda tentu menerima cangkir penuh susu kesukaannya masih dengan perasaan bertanya-tanya. Melihat hyungnya masih ada dihadapannya sembari menatap matanya begitu sendu malah membuat Jungkook jadi waswas. Apa ada yang salah dari dirinya atau apa?

"Hyung tidak suka melihatmu di cium orang lain sekalipun Jimin. Aneh sekali ya? Dalam pikiranku kau milikku saja Jungkook. Sekalipun itu mamamu, sepertinya Hyungmu ini akan begini lagi kalau dilanda cemburu."

Siapa yang tidak panik kalau setelahnya Taehyung hanya diam seperti tengah mengamati wajahnya begitu lama. Maka biar yang lebih muda yang memutuskan, perihal apa yang harus dilakukan sebab hyungnya tidak main-main mengatakan soal rasa cemburunya.

"A—aku kan tidak tahu kalau hyung tidak suka! Hum, gigit saja pipiku biar bekas ciuman Jimin hilang dari sana,"

Taehyung tidak bisa menahan senyum setelahnya. Melihat Jungkook yang kini mendekat tanpa perlu diminta—rasanya dia tidak butuh apa-apa. Ingin menyayangi mudanya hingga lupa kalau segala ini akan selalu ada batasnya.

Tangannya tidak bisa berhenti untuk mengelus lembut surai coklat milik Jungkook yang masih belum pudar warnanya, begitu cantik memahkotai karya pahat indah tuhan pada wajah menawan milik Jungkooknya.

"Hyung tidak akan menggigit pipimu. Aku tidak mau membuatnya merah karena geratan gigiku. Melihatnya merah karena kau merona dengan perkataanku saja sudah cukup membuatku pusing Jungkook. Ingatkan saja kalau suamimu itu harus selalu memelukmu saat tidur, biar tidak emosi dan menggerutu terus."

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang