Day 8 (2)

33.2K 4.8K 882
                                    

Pada akhirnya Jungkook tetap diam meski dalam hati menggerutu sebal akan ke mana Mamanya seharian dan mengapa Mama tidak menghubunginya seperti biasa.

Taehyung sendiri, entahlah sedari tadi ia sibuk mengerjakan laporan yang Jungkook tidak tau itu apa. Membuat si yang lebih muda memilih untuk tidak mengganggu meski dalam hati sedari tadi ia ingin sekali mencoba menonton televisi barunya meski hanya sekali. Tapi niatnya ditimbun dalam-dalam. Taehyung sedang bekerja dan seluruh hasilnya akan diberikan untuk Jungkook juga, jadi tidak seharusnya ia mengganggu begitu.

Makanya dengan langkah malas juga wajah cemberut, Jungkook berjalan ke arah dapur dengan mood tidak karuan. Ia lapar dan sepertinya Taehyung entah dalam masa sibuk atau kurang peka sedari tadi belum membelikan atau membuatkan makan untuknya seperti hari-hari sebelumnya.

Mata bulatnya mengabsen jejeran mie instan yang disusun rapi di dekat rak gelas. Sedikit ragu sebab jujur saja Jungkook tidak yakin apakah baik-baik saja jika perutnya yang sedari pagi belum terisi kini diberi isian mie instan pedas kesukaannya.

Matanya melirik ke arah Taehyung, prianya masih sibuk membolak-balik tiga tumpuk buku tebal sembari menghitung deretan angka yang demi apapun Jungkook benci sekali bahkan hanya dengan memikirkannya di kalkulator besarnya.

Jungkook mencebik kesal, apa memang sering kelewat peka juga sangat kurang peka adalah penyakit lama yang sudah kronis dialami Kim Taehyung?

Ia sibuk bertanya-tanya meski pada akhirnya tetap pasrah. Kalau bukan ia sendiri yang mengurus dirinya, lalu akan menyuruh siapa lagi?

Tapi jangan mengira kalau Taehyung tidak memantau segala gerak gerik berandal kecilnya yang terus mencuri-curi pandang. Dalam hati ikut bertanya mengapa Jungkook mendadak begitu dan tidak berterus terang saja kepadanya?

Jujur saja Taehyung masih kesal sebab ia masih saja merasakan betapa hebat pengaruh kecupan di pipinya tadi bahkan hingga sekarang. Mendadak ada sesuatu dalam dirinya yang terus memacunya untuk bekerja lebih giat dan menyelesaikan semua lebih awal. Sebab Taehyung juga merencanakan sesuatu hal semacam—bulan madu?

Katakanlah ia gila yang penting Taehyung sudah berusaha.

Jungkook merengut tajam setelah selesai memasak mienya hingga matang. Kepulan asapnya ikut menggelitik indra penciuman Taehyung. Tapi ia pura-pura tidak tau sampai matanya melihat sepasang kaki Jungkook yang berjalan mendekat ke arahnya. Buku tebal di atas meja mendadak menyingkir begitu saja terganti oleh semangkuk besar berisi mie pedas dengan dua pasang sumpit di atasnya. "Istirahat sebentar, Hyung."

Ya Tuhan, Taehyung benar-benar terdiam setelahnya. Ia mengira Jungkook hanya membuat makan untuk dirinya sendiri sebab sedari tadi Taehyung juga berusaha cepat dan berkali-kali melirik jam dinding. Tapi tidak, dia masih belum bisa berhenti sekarang. Belum bisa berhenti sejenak untuk memesan makan untuk Jungkook yang sedari tadi sibuk di kamarnya.

"Y-ya Tuhan, Boy. Terima kasih banyak, ya. Maafkan aku."

Jungkook menggeleng pelan. Sama sekali tidak melontar senyum sebab dirinya benar-benar kesal dan ikut tidak mau bicara. "Tidak apa, Hyung. Makan saja dulu. Aku pandai membuat ramen kok, tidak beracun."

Taehyung mengerutkan dahi sebab nada bicara Jungkook terdengar seperti tengah—merajuk?

Dalam hati Taehyung sibuk mengumpat. apa Jungkook kesal sebab sedari tadi tidak ada yang mengajaknya bicara? Atau—kesal karena lapar?

"Kau tidak mungkin meracuni aku—terima kasih banyak sungguh. Omong-omong kau sakit? Kau pucat sekali."

Jungkook menepis tangan Taehyung yang berusaha menyentuh dahinya. Membuat si pemilik tangan menelan ludah dengan kasar sebab harus berpikir keras kenapa Jungkook mendadak marah. Jungkook dengan cepat membuat dua suapan besar sebelum membawa sumpitnya menjauh. Mencucinya cepat dan kembali dengan segelas kopi di tangan. Taehyung hanya tidak tahu kenapa, yang jelas dia harus segera memindah seluruh pekerjaannya dan melanjutkannya di kamar saja atau sepertinya dia akan tidur di sofa lagi malam ini.















;

"Ma, Adik sakit."

Dan yang Taehyung takutkan benar terjadi. Badan Jungkook panas, badannya mengeluarkan keringat dingin dan Taehyung langsung dengan cepat mengambil kompres dari dapur. Pantas saja Jungkook seperti marah begitu, badannya sedang dalam kondisi tidak fit ternyata. Bahkan mulut kecilnya tidak berhenti meracau memanggil mamanya.

Apa Jungkook merindukan mamanya?

Taehyung sempat berpikir demikian. Tapi dia memilih untuk mengacuhkannya, ini bukan saatnya untuk hal itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana agar suhu badan teladan kecilnya cepat turun sebab seingatnya Jungkook besok lusa punya jadwal kunjungan yang sempat membuatnya bersikeras ingin bekerja dan Taehyung di sini tidak boleh mengacaukannya.

Setelah beberapa menit, Jungkook kembali tenang dan napasnya jauh lebih teratur. Pucuk hidungnya memerah dan bibirnya merah pucat. Ya Tuhan, anak ini kenapa mendadak sakit padahal tadi dia baik-baik saja?

Maka dari itu Taehyung cepat menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai sebab harus segera tidur juga karena ini sudah hampir tengah malam.

Matanya dengan teliti mencocokkan laporannya dengan data yang harus dia input sebelum mencapai final. Kaca matanya melorot ke bawah berkali-kali dan membuatnya sedikit merasa kesal. Keadaan benar-benar tidak mendukungnya untuk bekerja cepat hari ini.

Dan yang mengejutkan Taehyung adalah beban punggungnya yang mendadak bertambah, apa telinganya juga sudah berhenti berfungsi sampai suara Jungkook turun dari ranjang pun tidak lagi terdengar olehnya?

"Boy, astaga, kau bangun? Kau sakit, istirahatlah."

Jungkook menggeleng pelan dan memindah seluruh berat tubuhnya menopang pada badan Taehyung yang lebih kurus. "Tidak mau tidur kalau Hyung juga tidak."

Taehyung yang sudah dilanda berdebar hebat, kini degupnya makin menjadi karena mendapat peluk ditambah mendengar ada yang merajuk ingin ditemani tidur. "Baiklah, Hyung akan mematikan laptop dulu, oke?"

Jungkook mengangguk kecil, menikmati aroma menthol milik Taehyung yang tidak bosan membuatnya merasa pusing. Kenapa tidak dari kemarin saja Jungkook minta pelukan seperti ini? Demi apapun—Taehyung adalah tempat ternyaman untuk dijadikan sandaran atau pelukan, sungguh.

"Sudah, Boy. berdiri dulu—Hyung tidak bisa berpindah kalau kau menggelayut begitu."

Jungkook langsung merebahkan badannya di atas ranjang saat Taehyung dengan cepat ikut berbaring di sisinya. Terlebih dulu menekan sakelar untuk mematikan lampu lalu menaikkan selimut hingga setinggi bahu.

"Hyung?"

"Ada apa, Boy?"

Taehyung panik sekali saat Jungkook menarik lengan kirinya dan mendusal mendekat ke arahnya. Beban di lengannya menjadi berat dan Taehyung merasakan lengan Jungkook memeluk pinggangnya dengan posesif. "Ingin mendapat balas peluk, Hyung. Mau mendapat balas cium."

Pikiran Taehyung mendadak sadar. Seharian Jungkook terus yang berinisiatif kepadanya tanpa mendapat balasan yang sama.

Matanya yang berkaca-kaca serta pipinya yang memerah membuatnya terlihat luar biasa cantik. Ya Tuhan, Taehyung tidak mau lagi menanyakannya kepada Jungkook, ia ingin bertanya langsung saja pada penciptanya. Apa benar Jungkook ini manusia?

Maka dengan cepat Taehyung merengkuh Jungkook lebih erat dan membawanya lebih dekat dalam dekapan. Membiarkan ujung hidung merah menyentuh perpotongan lehernya sebab yang teladan kecilnya butuhkan hanya naungan hangat yang memperhatikannya. "Ciumnya b-besok ya? Kalau sudah sembuh."

Jungkook mengangguk kecil dan dengan tenang menghirup aroma Taehyung lebih kuat. Menikmati entitas Taehyung untuk dirinya sendiri tanpa peduli siapa Taehyung di kehidupannya beberapa hari sebelum ini. Karena bagi Jungkook—Taehyung adalah pondasi baru untuk bangunan baru dalam hidupnya. Tidak ingin tau dulu baik buruknya bagaimana sebab itu cukup tunggu nanti agar mengalir dulu lebih banyak.

Perutku sakit karena telat makan, Hyung. Kau jangan begitu, nanti aku kerepotan."

Taehyung tertawa kecil setelahnya. Mencium ujung kepala Jungkook penuh damba sebab entah kenapa hatinya tidak berhenti menghangat akan seluruh afeksi yang Jungkook beri kepadanya. "Baiklah, kau saja yang ceroboh, biar manja pada Hyung lebih banyak."




Dan ketika Jungkook menjawab iya, Taehyung rasanya tidak mau apa-apa lagi selain menjalani malam tanpa putus seterusnya seperti ini—tidak perlu memaksa berubah pagi sebab Taehyung benar-benar menyukai hangatnya jika dua tubuh saling memeluk di balik selimut tebal.


[ revisi 2022 ]

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang