Day 16

32.3K 4.3K 1K
                                    




















;

Hembusan angin yang meniup ujung kakinya sedikit membuat si profesor muda yang baru saja sembuh dari demamnya semalam satu itu dilanda merinding hebat. Kelopak matanya yang terasa seperti di lem rekat begitu berat—terbuka perlahan-lahan, dan yang tertangkap matanya pertama kali adalah tubuhnya sendiri yang terselimut rapat—juga Jungkook—yang bergelung di sisi ranjang dengan deru nafas yang sedikit mendengung.

Taehyung rasanya ingin menepuk dahinya sendiri setelah berhasil mengembalikan ingatan kelabunya semalam. Jungkook jelas kelelahan, mengingat kemarin sudah kuliah, lalu harus menyiapkan diri juga tampil bersama band-nya, masih ditambah harus mengurus Taehyung hingga demamnya hilang di pagi hari begini.

Astaga.

Tangannya reflek terjulur merengkuh mudanya untuk dibawa lebih dekat. Memeluknya rapat sebelum memberi kecupan ringan di sisi wajah si teladan yang mungkin masih sibuk berkelana di alam mimpi. Melihat bagaimana kilap keringat yang membasahi tiap lekuk wajah juga bagaimana bibir tipis kemerahannya terkadang tertarik dan mengulas senyum kecil yang luar biasa cantik, Taehyung bisa menjamin—Jungkook tengah bermimpi indah meski tubuhnya masih total kelelahan.

"Kau mimpi apa um? Terimakasih sudah merawat Hyungmu yang payah ini Jungkook,"

Tangannya memeta lembut anak rambut mudanya yang kelewat berantakan menggunakan ujung jarinya. Sedikit melirik ke arah nakas, menangkap sebuah pelembab yang sempat dibelinya tempo hari untuk kulit sensitif si teladan. Meraihnya begitu tangkas sebelum membuka tutupnya dengan ujung kuku. Sedikit berpikir, lalu kembali tertawa sebelum menuangnya sedikit di telapak tangan.

"Kurasa aku harus segera belajar mengurus cantikmu juga Boy,"

Tangannya dengan telaten mengoles krim lembut itu di permukaan kulit mudanya. Mengabaikan Jungkook yang masih lelap sembari sesekali mengecupi ujung hidungnya.

Dan setelahnya Taehyung malah memilih untuk segera beranjak pergi. Jam dinding berdetak begitu cepat tak mau mendukung paginya yang terawali begitu indah. Matanya berkali-kali melirik lagi ke arah nakas di sisi kiri, segera meraih kunci closet untuk mencari handuk barunya yang seingatnya diletakkan di gantungan dalam closet di rak paling atas.

Hingga setelah masuk ke dalam bilik, pandangnya kembali sibuk mengabsen deretan tiga belas potong pakaian yang tersusun begitu rapih bersisian dengan dua puluh potong pakaian si teladan muda. Tangannya reflek mengambil setelan jas hitam juga kemeja putih yang entah sejak kapan sudah tersisih di ujung paling kiri.

Sejak kapan dirinya pernah menyiapkan baju semacam itu seingatnya, tunggu—apakah,

Jungkook?

Maka biarkan Taehyung tersenyum kecil saat keluar dari sana, jantungnya berdebar lebih cepat hanya karena memikirkan bagaimana manisnya Jungkook menyisihkan pakaiannya dalam closet.

Gila, mungkin memang benar Taehyung sudah gila.

Binarnya kembali mengedar sesaat dan mendapati Jungkook yang menoleh ke arahnya masih dengan mata terbuka separuh juga suaranya yang masih total parau, "H—hyung ada jadwal mengajar?"

Dalam hati Taehyung mencoba berbicara sendiri saat bersitatap dengan mata bulat yang jadi favorit barunya. Jangan berlagak bodoh, jangan malu-malu, apalagi jangan merona terlalu gamblang.

Langkahnya jadi lebih dekat, Taehyung terkejut saat uluran tangan Jungkook yang membentang lebar di udara seakan ingin cepat dipeluk olehnya nampak begitu menggebu, sukses untuk sekedar membuatnya membola juga tertawa begitu lebar tatkala mendaratkan diri untuk duduk di pinggiran ranjang. "Hyung ada kelas pagi Boy, kau juga ada kelas Mr. Frank pagi ini 'kan?"

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang