Prolog

221 11 2
                                    

Well, aku akan bercerita tentang kisahku saat aku masih di kelas sepuluh SMA.

Semuanya berawal pada hari itu.

Flashback On.

Aku berjalan menuju kelasku. Berjalan dengan cepat sambil memegangi tali tas.

"Raa!" aku menghentikan langkahku saat suara yang aku kenali itu memanggil namaku. Ternyata dia Meli. Teman satu kelasku.

"Ra, masuk kelas sama sama ya,"  ujarnya, aku hanya mengangguk.

Kita berjalan bersama menuju kelas.

"Ra, tau nggaKamu dapet salam loh," ucapnya dengan antusias.

"Salam dari siapa?" tanyaku.

"Dari Yoga," jawabnya masih dengan nada sangat senang.

"Yoga siapa juga? Aku ngga kenal,"  jawabku enteng.

"Yoga itu loh kakak kelas," ujarnya.

"Kakak kelas siapa? Aku ngga kenal," ucapku masih acuh.

"Temannya yang kamu salah manggil itu," ujar Meli.

"Apasih jangan bahas itu ah, malu tau kalo keinget soal itu," ucapku.

"Yaudah bahas Yoga aja," ujarnya lagi. Aku menghembuskan nafas berat.

"Yoga siapa Mel? Aku ngga kenal!" aku memelototkan mataku.

"Yoga, anak kelas sebelas ipa satu," ucapnya.

"Ngga kenal," ucapku.

"Yaudah terserah kamu," jawab Meli.

Flashback Off.

Iya. Semuanya berawal dari situ. Itu adalah awal aku mengenal Yoga.

Jika aku tau semua akan jadi seperti ini. Mungkin aku tak akan mau mengenalnya. Dia telah menyakitiku tapi aku masih mencintainya.

Mungkin benar, cinta itu memang buta.

Ini kisahku.

Dira Salshabilla.

My Beloved Brother |tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang