Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Aku duduk di balkon sambil membaca buku. Aku mengambil ponsel dan melihat pesan. Masih tak ada balasan apapun dari Yoga.
Ke mana pria itu? Apa dia sibuk sampai tak membalas pesanku?.
Berpikir positif saja, mungkin dia pergi dengan teman temannya. Kan ini hari minggu.
'Drrtt... Drrtt...'
Aku segera melihat layar ponsel.
Ku kira Yoga. Ternyata Meli.
Meli
Raa...
Apa?
Ada salam dari Yoga.
Dia udah tau nomor aku kan?
Udah.
Kok tetep nitip salam ke kamu?
Kenapa ngga ngomong langsung ya?Malu kali.
Tadi malem aja ngajakin jalan.
Hah? Serius?
Iya.
Trus kamu jawab apa?
Aku tolak.
Lah kenapa?
Aku kan emang ngga mau kalo
jalan sama cowok.Yahh, padahal kan itu Yoga Ra.
Btw, dia bilang kapan?
Bilang apa?
Salam ke aku lah.
Tadi, lewat depan rumah.
Emang dia mau ke mana?
Ngga tau. Emang kenapa Ra?
Dia ngga bales pesan aku.
Dari kapan?
Dari tadi malem.
Pas aku nolak buat jalan sama dia.Mungkin dia marah.
Kalo marah ngapain nitipin salam?
Eh iya juga sih.
Udah dulu ya. Aku mau pergi.Iya
readYoga. Kamu bener bener bikin aku bingung. Ngga ada balasan pesan apa apa dari kamu. Tapi tiba tiba kamu nitip salam.
Kamu ngga pegang hp? Atau emang sengaja bikin aku bingung?.
Kamu ke mana?.
#
Aku menyesal telah mengkhawatirkanmu.Kamu tak pantas aku khawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother |tamat|
Teen FictionDi saat otak sudah mulai menyerah, tapi hati belum bisa diajak untuk berkompromi. Ps: "Ini bukan kisah kakak beradik kandung yang saling mencintai." Ps: Dalam Masa Revisi Baca terlebih dahulu baru berkomentar 😊 Bijaklah dalam membaca.