Pagi ini aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Aku tidak mau terlalu larut dalam kesedihanku tentang Yoga. Untuk apa aku terlalu memikirkan itu? Toh, Yoga sendiripun tidak pernah berpikir apa-apa tentangku.
"Ma, aku berangkat, ya!"
"Hati-hati,"
Mama menatapku khawatir. Sedangkan aku langsung berjalan pergi meninggalkannya setelah aku mencium telapak tangannya. Aku yakun aku bisa. Aku kan kuat!
Aku menstater motor, lalu menjalankannya hingga sampai ke sekolah. Aku harus tersenyum. Harus! Semua orang tidak boleh tau apa yang aku rasakan.
Aku memarkirkan motor di parkiran sekolah. Turun dari motor dan berjalan menuju kelas.
"Ra!"
Aku menoleh, "ap-a?" tanyaku sedikit terkejut namun aku tutupi.
"Kenapa ngga berangkat dua hari kemarin?" tanyanya.
Aku diam, apa Yoga benar-benar tak punya perasaan?
"Kak, aku lagi ngga pengen ngomong apa-apa sama Kakak," jawabku.
Dia tampak berpikir sejenak lalu kembali menatapku dengan tatapan yang aku sendirupun tidak tahu apa artinya.
"Segitunya ya lo baper sama kakak?" tanya Yoga.
Jelas! Aku baper sama kamu sejauh itu, Kak! Dasar bodoh!
"Apasih. Aku mau masuk kelas," jawabku.
"Kalo ada waktu, pulang sekolah ini Kakak tunggu di kursi putih, ya!"
Aku tak menggubris. Lagipula, untuk apa aku bertemu dengannya disaat-saat aku harus melupakkannya?
Saat aku melangkah memasuki kelas, aku langsung disambut dengan pelukan dari Ani.
"Mak! Kamu harus kuat. Kamu ngga lemah, mak!"
Aku tak menjawab. Tatapan satu kelas kini menuju ke arahku.
"Ani, dia kan cuma sakit demam. Lagian dia sekarang keliatan ngga papa tuh. Ngga usah bikin drama," ucap ketua kelas.
Aku menoleh pada Meli. Aku tahu, pasti dia yang mengatakan pada teman-teman bahwa aku tidak berangkat karena sakit.
"Aku udah tahu kalo kamu sebenernya ngga demam. Kamu jangan pikirin Yoga lagi," Ani berbisik di telingaku.
"Malah kamu yang ingetin dia ke aku, Ni!"
"Ah, mianhaeyo eomma!"
"Dasar!"
#
'Aku harus berterimakasih pada Ani dan Meli. Sebab selama aku di sekolah hari itu, mereka tak membiarkan aku melamun sedikitpun. Mereka juga tak membiarkan aku melihat Yoga, meskipun aku sudah melihatnya sesaat setelah sampai di sekolah pagi itu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother |tamat|
Genç KurguDi saat otak sudah mulai menyerah, tapi hati belum bisa diajak untuk berkompromi. Ps: "Ini bukan kisah kakak beradik kandung yang saling mencintai." Ps: Dalam Masa Revisi Baca terlebih dahulu baru berkomentar 😊 Bijaklah dalam membaca.