Aku berjalan memasuki sekolah. Rasanya hari ini aku tak bersemangat sekali. Tak ada pesan dari Yoga sejak hari itu. Hari di mana ia meminta bertemu di rooftop sekolah.
"Dira, ya?"
Aku menoleh, "Ehh, iya. Kenapa ya, Kak?" tanyaku pada Kakak kelas di depanku.
"Anak osis, kan?"
"Ehh? Iya, sih mungkin," jawabku ragu karena memang selama ini aku jarang ikut dalam rapat osis. Hanya tiga kali mungkin? Entahlah aku pun lupa.
"Gini, sekolah kita mau ngadain lomba dalam rangka memperingati diesnatalis sekolah. Dan Kakak nunjuk kamu sebagai asisten Kakak. Kamu siap enggak?" tanyanya.
"Siap, sih. Tapi kenapa harus aku?"
"Karena kamu yang Kakak anggep bisa,"
"O--oh gitu,"
"Kalau diinget-inget, kamu kan yang waktu itu manggil Kakak dengan sebutan Sen terus pas Kakak nengok kamu malah lari?"
Ah, dia mengingat hal memalukan itu. Rasanya, aku ingin menghilang saja sekarang juga.
"I--iya, Kak. Maaf, ya! Kirain Kakak itu senior paskibra, "
"Enggak papa. Nama Kakak Dana, inget-inget ya!"
"Iya, Kak! Kalo boleh tahu, Kakak temenya Kak Yoga, kan? Kak Yoga pacarnya Kak Rakhma," aku bertanya dengan hati-hati.
"Yoga? Rakhma? Bukanya mereka cuma deket? Rakhma kan udah punya pacar,"
"Oh, gitu ya kak,"
"BTW kok kenal Yoga?"
"Ah? E--emang terkenal, Kak. Kan temen ku banyak yang suka," jawabku asal.
"Dasar Yoga Yoga. Udah ya, nanti istirahat kedua Kakak ke kelas kamu, dahh!"
"I--iya,"
"Dana cepetaan!"
#
'Jadi sebenarnya hubunganmu dengan Rakhma itu apa, Ga?'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother |tamat|
Teen FictionDi saat otak sudah mulai menyerah, tapi hati belum bisa diajak untuk berkompromi. Ps: "Ini bukan kisah kakak beradik kandung yang saling mencintai." Ps: Dalam Masa Revisi Baca terlebih dahulu baru berkomentar 😊 Bijaklah dalam membaca.