Aku menghela napas kesal. Sejak aku tak mau diajak keluar kelas sampai kini Meli dan Ani tak kunjung kembali. Mereka ke mana sih?
'Drrtt....'
Aku mengabaikan ponselku dan berdecak kala melihat Meli dan Ani ada di ambang pintu. Mereka tertawa menatapku yang duduk sambil memasang wajah datar ke arah mereka.
"Kalian kemana aja, sih? Aku bosen sendirian di kelas!" kesalku ke arah mereka.
"Lagian kamu diajak nggak mau," jawab Meli.
Aku berdecak kesal.
"Ehh, Mak! Tau nggak? Tadi kan ada Bapak Yog--hmmpp!"
Meli mendekap mulut Ani saat melihat raut wajahku yang semakin ditekuk. Meli pasti tahu, tapi belum memberitahu Ani. Ani melotot, ia baru menyadari ada yang salah.
"Aduh, maafin aku Mak!! Jangan kutuk aku jadi batu!"
'Tukk'
Meli tambah melotot sambil menggetuk kepala Ani membuat perempuan itu meringis kesakitan.
'Drrtt....'
Aku membuka ponsel. Lagi dan lagi pesan dari nomor tak dikenal masuk ke dalam ponselku. Aku membukannya malas.
0857898*****
Hai
Ini nomor aku Yoga yang asli. Maaf ya kalo orang yang ngaku ngaku jadi aku itu udah nyakitin kamu.Dapet nomor aku darimana?
Dari temen
Siapa? Lana? Dia nggak pernah ngasih nomor aku ke kamu kok!
Ya temen aku.Temen kamu nggak ada yang kenal sama aku.
Ya intinya maaf kalo nomor yang ngaku ngaku aku itu udah nyakitin kamu.Omong kosong!
Aku menutup ponsel. Malas berurusan dengan orang itu lagi. Entah sudah berapa nomor tak diketahui yang masuk ke dalam ponselku. Dan semua berawal dari aku memblokir nomor Yoga.
#
'Kau selalu pandai membuat kisah yang membuatmu seakan akan tak bersalah. Tapi sayang, setiap kisah indah yang kau buat tak pernah menemui jalan keluar yang indah pula. Selalu saja berakhir rumit.'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother |tamat|
Teen FictionDi saat otak sudah mulai menyerah, tapi hati belum bisa diajak untuk berkompromi. Ps: "Ini bukan kisah kakak beradik kandung yang saling mencintai." Ps: Dalam Masa Revisi Baca terlebih dahulu baru berkomentar 😊 Bijaklah dalam membaca.