28. Kak Dana.

24 4 0
                                    

Aku duduk di kursi putih taman. Menunggu Kak Dana yang meminta untuk bertemu sepulang sekolah. Bel pulang sekolah baru lima menit berbunyi tapi aku sudah ada di kursi ini karena memang letak kelasku dan taman tidak terlalu jauh.

"Udah nunggu lama, Ra?"

"Ehh, enggak kok!"

"Maaf, ya! Ada urusan tadi."

Aku mengangguk lalu menatap wajah Kak Dana, "Mau ngomongin apa, Kak?" tanyaku.

"Kamu deket kan sama Yoga? Udah pacaran?" tanya Kak Dana.

Aku terkejut. "Eh? Enggak kok, Kak!"

"Udah jujur aja. Yoga cerita tentang kamu waktu di kelas. Kayaknya, dia suka banget ya sama kamu," ucapnya.

"Hah? Aku emang sering chatan sama dia. Tapi aku bingung, Kak!"

"Bingung kenapa?"

"Kak Yoga yang asli dan Kak Yoga yang ada di chat itu beda. Kalau di chat, dia seolah-olah suka sama aku. Tapi kalau aslinya cuek banget, kayak enggak pernah kenal sama aku. Aku ngerasa dipermainin. Aku ngerasa bodoh banget. Kayaknya, aku cuma dijadiin bahan candaan doang. Menurut gosip, dia itu udah punya pacar namanya Rakhma."

"Menurut Kakak, dia kayaknya suka kamu deh."

"Enggak mungkin lah, Kak! Aku cuma dijadiin temen chat aja sama Kak Yoga. Padahal, aku udah bap--ehh, malah curhat, ya! Sorry Kak!"

"Dia itu--"

"Kak aku enggak boleh pulang lama-lama, ntar dimarahin Mama," ucapku berbohong. Aku tak mau terpancing lagi. Siapa tahu Kak Dana ngomongin itu karena disuruh Yoga? Dan mungkin saja, tadi aku sedang direkam? Ah entahlah.

"Oke Kakak anterin!"

"Enggak usah, temenku udah ada yang nungguin. Duluan, Kak!"

"Oh, oke."

Aku berjalan meninggalkan Kak Dana. Sungguh, aku ragu. Mungkin dia hanya suruhan Yoga untuk mendekatiku dan mengatakan Yoga menyukaiku agar aku jatuh lagi. Bisa saja, kan?

#

'Aku tak ingin jatuh lagi, aku tak ingin bodoh lagi. Tolong bantu aku, Ga!'

My Beloved Brother |tamat|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang