Malam ini malam minggu. Jam masih menunjukan pukul tujuh tiga puluh menit. Aku duduk di kursi menghadap meja belajar. Mengulang kembali pelajaran yang aku tak paham. Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu membuatku menoleh. Aku pun berjalan menuju ke arah pintu, lalu membukanya secara perlahan.
"Ada Meli di ruang tamu. Dia nyariin kamu," aku mengangguk menanggapi ucapan Mama.
"Tolong buatin minum ya, Ma!"
Aku berjalan menuju ruang tamu. Iya ada Meli. Dia tak sendiri rupanya.
"Dia siap--Kak Yoga?"
"Hai, Ra!"
"Sorry, Ra! Maaf banget, bukannya aku nggak mau dukung keputusan kamu. Maaf juga udah bawa Yoga ke sini. Bukannya aku nggak mau ngasih tau, aku udah nelvon kamu tapi nggak kamu angkat malah handphone kamu mati."
Ah iya! Aku tak memegang ponsel seharian ini.
"Jangan marah ya, Ra! Awalnya juga aku nggak mau nganterin dia, aku nggak mau ngasih alamat kamu ke dia. Tapi dia bilang dia nggak bakalan pergi sebelum aku nganter dia ketemu sama kamu. Awalnya aku ga peduli, tapi dia bener bener nggak pergi dari rumah aku sampe aku dimarahin sama Ayah. Jadi, mau nggak mau aku harus nganterin dia ke sini. Ketemu sama kamu. Katanya ada yang mau dia omongin."
"Oh, mau ngomong apa kak?" tanyaku to the point.
"Aku mau jelasin semuanya. Dari awal sampe akhir. Dan aku minta kamu dengerin, ya? Aku enggak mau ada kesalahpahaman apapun diantara aku dan kamu, Ra!"
"I-iya!"
"Awalnya...."
"Diminum dulu Mel. Kamu sama siapa ini?"
Mama datang dengan membawa minuman dan beberapa cemilan.
"Saya Yoga, Tan!"
"Oh, ini toh yang namanya Yoga? Ganteng, ya! Dira banyak cerita tentang kamu lho!"
"Apaan sih, Ma! Sedikit kok. Udah sana Mama masuk!"
"Oke-oke. Padahal mau kenalan sama calon mantu."
"Ma!"
"Iya-iya."
"Nggak usah didengerin kak! Lanjutin tadi kakak mau ngomong apa?"
"Mama kamu bahagia banget ketemu calon mantunya. Tapi aku belum bisa jadi calon mantunya!"
Ucapan Yoga membuat hatiku sesak. Apa maksudnya?
"Apasih, Kak!"
"Jadi, Awalnya...."
#
'Jujur aku masih belum siap untuk menerima kenyataannya, Ga!'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Brother |tamat|
Teen FictionDi saat otak sudah mulai menyerah, tapi hati belum bisa diajak untuk berkompromi. Ps: "Ini bukan kisah kakak beradik kandung yang saling mencintai." Ps: Dalam Masa Revisi Baca terlebih dahulu baru berkomentar 😊 Bijaklah dalam membaca.