"Lo cemburu sama jalang ini?!"
•••
Giva sudah tiba disekolah, dia keluar dari mobil milik Adit, dan Adit ikut keluar dari mobilnya membuat mata semua para siswi langsung tertuju padanya. Tampang Adit yang bisa dibilang di atas rata rata, dan juga senyum yang selalu terukir diwajahnya. Membuat mereka memekik kegirangan dan melihat lapar ke arah Adit.
"Eh liat deh ada cogan tuh."
"Gila.. gila.. ganteng parah. Kalo kayak gini sih Gio mah lewat."
"Ya tuhan pangeran gue dateng."
"Malaikat dari mana nih?"
Giva memanyunkan bibirnya kesal, mendengan pekikan pekikan dari para siswi dan juga karena banyak yang menyapa Adit, dan Adit pun meladeni mereka. Kan kesal!
Adit yang menyadari itu pun terkekeh, selalu menggemaskan wajah Giva ketika dia cemburu.
"Kok cemberut?" Tanya Adit.
Namun Giva malah memalingkan wajahnya.
"Cemburu?" Adit terkekeh.
Giva masih diam tidak mau melihat ke arah Adit.
"Hey, Vava, Liat kak Adit." Ucap Adit lembut sambil menarik dagu Giva agar dia melihatnya.
Giva mencoba mengelak namun tidak bisa karena tatapan nya sudah lebih dulu bertemu dengan mata Adit. Mata itu adalah kelemahan bagi Giva. Siapapun yang menatap mata teduh itu pun pasti akan jatuh cinta padanya.
"Jangan cemberut aja dong." Ucapnya memohon sambil menggenggam tangan Giva.
"Tau ah sebel sama kak Adit." Balas Giva cemberut.
"Maaf." Lirihnya.
Giva diam tidak menjawab.
"Lagian, mana mungkin sih Kak Adit mau berpaling dari peri kecil yang selalu bisa buat pikiran kak Adit kacau kalau dia lagi marah."
Giva pun terkekeh mendengar ucapan Adit. Mana mungkin juga Giva tahan lama lama mendiami Adit, karena Adit selalu punya cara untuk membuat Giva tersenyum lagi.
"Apaan sih, receh."
Adit pun ikut terkekeh karena Giva.
Tanpa mereka sadari sekarang mereka menjadi pusat perhatian semua siswa, bahkan teman teman Giva ada disana. Gio dan teman temannya pun ikut menyaksikan mereka.
Gio sudah mengepalkan tangannya kuat kuat, jika saja lengannya tidak di cekal oleh Marsell, Gio pasti sudah menghajar cowok yang bersama Giva.
Kelihatannya cowok itu tidak seumuran dengannya, dia terlihat lebih dewasa, seperti anak kuliahan. Celana jeans hitam dan baju casual putih polos membuatnya lebih terlihat semakin tampan, menurut Gio.
•••
Giva pun tersadar kalau dia dan Adit sedang menjadi pusat perhatian sekarang. Buru buru Giva melepaskan genggaman Adit.
"Kak, Vava masuk dulu ya." Ucap Giva gugup.
"Oke. Nanti pulang sekolah Kak Adit jemput Vava." Balasnya.
Giva mengangguk sambil tersenyum menanggapi ucapan Adit.
"Belajar yang pinter peri kecilnya kak Adit." Ucap Adit sambil mengacak rambut Giva. Setelah itu dia buru buru masuk dan melajukan mobilnya sebelum dia diamuk sama Giva.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...