PART 32 : Balap Liar

258 22 5
                                    

Nyatanya ngaungan seekor singa lebih berbahaya daripada pekikan burung elang.

•••

[Abang lagi dimana?] Tanya orang diseberang sana, Caca.

"Abang lagi dirumah om Marsell, Ca." Jawab Gio bohong.

[Abang kapan pulang? Bunda khawatir.]

"Abang malam ini nggak pulang, Abang nginep dirumah om Marsell, bilangin ke bunda nggak usah khawatir."

[Tapi, bang-]

"Udah dulu ya, Ca. Jaga ayah sama bunda, bye." Gio langsung mematikan sambungan tersebut.

Gio memasukkan ponselnya kesaku jaket kebanggaannya, yaitu jaket Liar. Lalu menghampiri teman-temannya lagi.

"Siapa, Yo?" Tanya Damar.

"Adik gue."

Damar hanya manggut-manggut.

"Semuanya udah siap kan?" Tanya Gio.

"Udah dong."

"Yaudah kalo gitu mending kita berangkat sekarang, udah mau jam sembilan."

"Siap, bos."

Mereka kemudian menaiki motornya masing masing, dipimpin Gio yang melajukan motornya lalu diikuti oleh teman-temannya dan anggota yang lain.

Malam ini semua anggota benar-benar hadir, tidak ada satupun yang tidak hadir. Ini yang membuat semangat Gio semakin membara karena totalitas dan loyalitas yang mereka berikan. Menakjubkan.

Bedanya, ada satu wanita yang ikut bersama mereka malam ini.

Siapa lagi kalau bukan, Giva.

Iya Giva, dia yang berada di jok belakang motor Gio yang sedang memejamkan matanya menikmati angin yang bebas mengacak-acak rambutnya sambil melingkarkan tangannya di pinggang laki laki yang hampir membuatnya gila ini. Iya, itu semua karena Gio yang memaksanya dengan alibi 'pegangan kalo lo ngga mau jatuh, gue mau ngebut'. Ya kira-kira seperti itulah kata kata yang Gio keluarkan tadi. Kesal si, tapi dibalik kesalnya ada senyum kecil yang menghiasi wajahnya, wajah cantik yang sekarang sedang dihantui rasa takut.

Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit untuk mereka sampai di tempat yang sudah ditentukan.

Gio berdecih melihat keadaan disana. Dia kira lawannya sudah siap menyambut mereka, tetapi apa-apaan ini belum ada satupun dari lawannya yang datang.

Gio berada dibarisan paling depan bersama keenam temannya yang bukan lain anggota inti dari Liar.

Gio membuka helmnya yang spontan langsung diikuti yang lainnya. Dia turun dari motornya dan berdiri menghadap anggotanya, rasa kagum yang ia rasakan malam ini sepertinya tidak akan pernah habis. Atmosfer yang luar biasa yang diberikan anggotanya membuat semangat Gio semakin menyala-nyala.

"Gue ucapin makasih banyak buat kalian yang udah nyempetin waktu buat hadir malam ini. Gue bener bener kagum sama kalian, gue gatau harus ngomong apalagi gue bingung. Intinya makasih, ini hari kita. Buat mereka bungkam sama kekalahan yang mereka buat sendiri. Gue, Damar, sama Ariza bakal lakuin yang terbaik buat kalian." Kata Gio dengan setengah berteriak agar suaranya terdengar sampai di barisan belakang.

Kata-kata Gio membuat tempat yang tadi hening kinih riuh oleh suara tepukan tangan.

"LIARRR!" Teriak Gio dengan lantangnya.

"AROGANNN." Semua anggota pun kompak menjawab.

Arogan, entah darimana Gio menemukan kata itu, tapi menurutnya kata itu sangat pas menggambarkan Liar yang sebenernya. Arogan, mereka yang tidak pernah takut apapun, tidak pernah peduli dengan tantangan yang akan dihadapi nantinya, yang jelas mereka ada karena satu nama, mereka besar karena satu nama, dan mereka akan menjaga nama itu, menjaga nama itu dengan kearoganan mereka, karena totalitas tanpa batas yang mereka pegang dari dulu, sekarang, dan seterusnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hope For LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang